Oleh Puan [] Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Semester IV; IAIN Tulungagung [] Staf Magang Verstehen Organic Philosophy
Ini merupakan resensi sub buku dalam buku “Ini Bukan Revolusiku”. Buku ini
merupakan sebuah kumpulan Esai Anarko Feminisme karya Emma Goldman. Sebagai
sosok yang telah lama berkecimpung dan bergerak dalam dunia gerakan
perempuan. Ia sangat berkontribusi bagi teori feminism anarkisme.
Sebagai orator anarkisme, ia disebut sebagai agigator bagi kebebasan
berbicara. Ia juga sebagai pelopor dalam masalah kontrol kelahiran. Goldman
menjadi seorang kritikus bagi Bolshevik dan pembela Revolusi Spanyol. Ia
lalu dianggap sebagai salah satu perempuan berbahaya pada masanya.
Berbicara tentang Cinta dan Pernikahan, Goldman sangatlah pesimis akan
institusi tersebut barangkali keduanya. Nampak pada awal kalimat dalam sub
buku ini. Baginya Pernikahan adalah kegagalan. Bahkan ia menganggap
pernikahan tidaklah sama dengan cinta, pun sebaliknya.
Pada sub buku ini Goldman menyebutkan bahwa “Pernikahan dan cinta tidak
memiliki kesamaan; mereka terpisah jauh bagaikan dua kutub; pada
kenyataannya, bahkan bertentangan satu sama lain.”
Itulah mengapa Goldman sangat menaruh perhatiannya pada kajian ini. Melihat
bahwa institusi pernikahan dapat menyeret manusia pada kegagalan. Terutama
itulah yang akan dialami oleh perempuan. Itu karena menurutnya “Perkawinan
adalah sebuah perjanjian ekonomi, pakta asuransi.”
Meski begitu perkawinan atau pernikahan berbeda dengan perjanjian asuransi
jiwa biasanya. Lebih dari itu, pernikahan lebih mengikat dan ribet. Hal ini
perempuan akan membayar mahal. Perempuan akan membayar dengan namanya
sendiri, hal-hal privasi, harga diri dan dengan seluruh hidupnya hingga
mati.
Ia beranggapan bahwa pernikahan atau perkawinan adalah sebuah kegagalan
yang sangat bodoh untuk disangkal. Melihat bahwa meningkatnya statistic
perceraian, membuat pernikahan begitu pahit untuk dijalani. Lagi-lagi dalam
hal ini Emma Goldman sangatlah pesismis.
Dalam tulisannya, ia mempertanyakan bahwa jika perlindungan anak hadir
karena pernikahan. Lantas mengapa masih banyak anak yang terlantar dan
ditinggalkan karenanya? Katanya pernikahan melindungi anak? Namun masih
terlihat ribuan anak-anak miskin dan tunawisma. Katanya pernikahan
melindungi anak, tapi mengapa masih ada anak-anak di panti asuhan?
Ia juga memberikan data angka perceraian. Pertama, setiap dua belas
perkawinan terdapat satu perceraian. Kedua, sejak 1870 perceraian meningkat
dari 28 menjadi 73 untuk setiap seribu populasi penduduk. Ketiga, sejak
1867 perselingkuhan sebagai alasan perceraian meningkat 270,8%. Keempat
praktik meninggalkan pasangan meningkat hingga 369,8%.
Di dalam karyanya ini, Goldman mengutip Edward Carpenter yang mengatakan
bahwa setiap pernikahan, di dalamnya berdiri dua jenis kelamin dari
lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, sudah seharusnya laki-laki dan
perempuan harus tetap menjadi orang asing. Ini harus terpisah dari
takhayul, adat yang ada. Itu karena baginya pernikahan tidak berpotensi
untuk mengembangkan pengetahuan dan sikap saling menghormati. Itulah yang
membuat setiap penyatuan dikutuk untuk gagal.
Menarikanya, mengapa Goldman menanggap setiap penyatuan dikutuk untuk
gagal? Tentu saja dalam hal ini ia juga ingin mempertanyakan eksistensi
antara laki-laki dan perempuan di dalam institusi pernikahan. Baginya
mereka akan tetap menjadi asing dengan kedirian mereka masing-masing
Lalu adakah yang lebih memalukan dan begitu rendah daripada sebuah
kehidupan intim di antara dua orang asing? Dalam institusi pernikahan akan
ada banyak relasi yang tidak benar-benar egaliter. Perempuan hanya bertugas
untuk mengumpulkan pendapatan. Ia juga harus tetap berpenampilan menarik di
hadapan suaminya.
Belum lagi ini disahkan dalam mitos teologis tentang tidak adanya jiwa pada
tubuh perempuan. Ia hanyalah separuh dari laki-laki yang terbuat dari
tulang rusuknya. Inilah yang membuat laki-laki akan sangat terusik apabila
bayangannya sendiri mengendalikan dirinya. Perempuan hanyalah banyangan
laki-laki.
Pernikahan membuat perempuan menjadi parasit, menggantungkan diri secara
mutlak. Dirinya tidak lagi otentik. Apakah atas dalih cinta perempuan
mengecualikan semuanya? Padahal cinta dan pernikahan adalah dua entitas
yang berbeda. Cinta haruslah berdiri sendiri sebagai unsur terkuat dalam
hidup.
Karena cinta merupakan petanda harapan, sukacita, eksistensi, bisa berubah
sebagai penantang atas segalanya sekalipun hukum. Cinta itu bebas, berdiri
kuat melalui takdir manusia. Dengan cinta semua bisa berubah dalam sekejap
mata. Bahkan seorang raja sekalipun bisa menjadi pengemis di hadapan cinta.
Cinta tetaplah cinta, ia bebas. Kebebasannya cinta memberikan semuanya
sendiri tanpa syarat, berlimpah dan sungguh-sungguh. Semua hukum pada
undang-undang, semua pengadilan di alam semesta tidak bisa ikut campur.
Cinta tidak bisa robek dari tanah, ia telah mengakar.
Itulah mengapa Goldman menganggap cinta tidak membutuhkan perlindungan, ia
sendiri adalah perlindungan. Selama cinta melahirkan kehidupan, tidak akan
ada anak yang ditinggalkan atau lapar. Atau lapar terhadap kasih sayang.
0 Komentar