Teori evolusi
Mari memulai pada hal-hal yang tidak asing lagi, yaitu evolusi. Digagas oleh Alfred Russel Wallace kemudian diteruskan dan dibukukan oleh Charles Darwin pada tahun 1859 yang berjudul "The Origin Of The Species" . Teori evolusi menjelaskan tentang makhluk hidup yang berasal dari “common ancestor” atau nenek moyang yang umum, teori ini menyatakan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap spesies yang disebabkan oleh seleksi alam. Ajaran-ajaran teori evolusi yang dikemukakan oleh Darwin seringkali dipertentangkan oleh para penganut agama dikarenakan argumentasi Darwin yang menyatakan manusia berasal dari nenek moyang yang sama dengan kera.
Tentunya ajaran ini sangat kontradiktif dengan kepercayaan pada agama-agama, lagipula dalam teori ini dijelaskan juga bahwasanya Manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang mengalami kesadaran subjektif, Manusia tidak memiliki jiwa, dan ketika mati Manusia akan mati begitu saja. Tidak ada surga, neraka, atau khayalan-khayalan kolektif yang umum dijumpai dalam kepercayaan agama. Lalu apa hubungannya evolusi dengan keyakinan agama? Dan mengapa juga banyak pemerhati keyakinan yang menolak mentah-mentah positivisme Darwin ini?
Mari mulai dengan teori sains lainnya yaitu relativitas Einstein dan teori gravitasi Newton. Pada dunia yang serba konservatif, orang-orang cenderung menolak apa yang bertabrakan dengan keyakinan kuno mereka. Hubungan teori relativitas Einstein tidak pernah menaruh argumen yang menabrak keyakinan banyak orang, begitupun dengan Newton dalam teori gravitasinya tidak pernah menyatakan bahwa Tuhan itu omong kosong atau Manusia bukan makhluk spesial. Kedua teori tersebut cenderung mudah diterima oleh banyak kalangan, dipelajari di bangku-bangku dasar sekolah dan tingkat tinggi pendidikan tanpa penolakan dari khalayak beragama.
Sedangkan untuk Darwin dan evolusinya dianggap menyalahi apa yang terkandung dalam nilai-nilai agama dan suatu hukum superior yang dipercayai oleh fundamentalis. Ya, tentu saja demikian, mengingat bahwa teori evolusi terkesan radikal tentang argumennya bahwa manusia berkerabat dengan kera, manusia tidak memiliki jiwa, dan manusia menjumpai kesadaran seperti ini hanyalah karena proyek kolektif yang terjadi 70.000 tahun yang lalu. Kesadaran manusia bukanlah sesuatu yang spesial, mengingat fakta bahwasanya binatang simpanse Santino dan kuda Hans yang juga memiliki emosional.
Bagi Darwin, ia menyatakan demikian bukan karena ia ceroboh. Tapi Darwin memiliki argumen kuat berdasarkan fakta-fakta dan data empiris yang ia dapat saat berkelana dengan HMS Beagle di kepulauan Galapagos. Ia melihat kutilang dan kura-kura di setiap pulau memiliki kecenderungan berbeda satu sama lain spesiesnya. Seperti burung kutilang yang paruhnya lancip dan panjang, dengan burung kutilang lainnya yang paruhnya hanya sekedar lancip. Ia kemudian menyatakan tentang seleksi alam yang merubah struktur paruh burung tersebut karena adanya sumber makanan yang berbeda. Burung dengan paruh panjang memakan makanan dari dalam pohon, dan burung dengan paruh lancip mencari makanan pada tanaman padi-padian yang tersedia di pulau tersebut.
Begitupula dengan kura-kura darat di beberapa pulau kecil yang diamati oleh Darwin yang sumber makanannya berbeda merubah keduanya dengan struktur tubuh yang berbeda juga. Seleksi alam yang terjadi selama berjuta-juta tahun memungkinkan setiap makhluk untuk menempuh jalan evolusinya masing-masing, hal ini merupakan hukum alam yang tentunya terjadi pada makhluk apapun tak terkecuali manusia.
Mitos kolektif
Legalitas fiksi membuat manusia semakin nyaman dalam apa yang dia tidak bisa lihat diluar penampakannya. Negara, agama, dan korporasi termasuk juga dalam fiksi yang memungkinkan manusia untuk bekerjasama secara massal yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh hewan lainnya. Kehebatan fiksi ini merubah manusia sebagai spesies yang dahulunya insugnifikan selama 2,5 juta tahun menjadi satu-satunya spesies digdaya dari 70.000 tahun yang lalu hingga saat ini dengan berbagai macam revolusi yang terjadi.
Contoh konkret dari perbedaan signifikan antara manusia dan hewan ialah manusia mampu membentuk suatu sistem yang dapat bekerja secara lumrah, berbeda dengan lebah yang memiliki sistem kecenderungan kaku atau serigala dan simpanse yang dalam sistem sosialnya hanya berdasarkan pengenalan personal secara ketat dan dekat. Serigala, simpanse dan hewan-hewan lain hanya mampu melihat realitas dalam 2 macam, sedangkan manusia melampauinya.
Realitas tersebut dibagi menjadi 3, realitas objektif, subjektif, dan intersubjektif. Hewan-hewan lain hanya mampu melihat alam semesta berdasarkan realitas yang objektif meliputi matahari, sungai, gunung, sedangkan realitas subjektif mereka ialah perasaan sosial antar sesama yang memungkinkan mereka untuk membentuk suatu hirarki atau perasaan emosional yang ada. Lalu kemudian realitas intersubjektif yang hanya mampu terjadi pada manusia karena olah pikir manusia yang memungkinkannya mampu membuat bahasa-bahasa terhadap sesuatu yang tidak ada wujudnya.
Seleksi alam yang terjadi selama ratusan ribu tahun kemudian sampai pada garis akhir yang memungkinkan seseorang membayangkan sesuatu yang berada diluar dirinya padahal sesuatu tersebut tidaklah benar-benar ada. Seperti agama, tuhan, negara, atau korporasi merupakan salah satu mitos kolektif dalam upaya Homo Sapien untuk membentuk suatu tatanan manusia yang teratur dan terjaga. Teori evolusi hanya menegaskan sesungguhnya manusia berasal dari alam, manusia berangkat dari genus yang sama dengan kera, dan manusia tidaklah seistimewa seperti yang diceritakan dalam kitab-kitab suci atau norma-norma dalam agama.
Teori evolusi memberi pelajaran tentang bagaimana alam selalu berubah mengikuti hukumnya yang selalu terjadi bukan karena alasan ataupun untuk tujuan tertentu. Menurut sains pengetahuan mengenai hal tersebut seringkali mencapai garis akhir dengan sangat sederhana yang telah berhasil menggiring sesosok makhluk yang dengan kesombongannya menganggap diri mereka yatim piatu yang membawa serta gen-gen egois mengembara dari Afrika Selatan ke berbagai belahan bumi, memusnahkan spesies manusia lainnya dan menjadi satu-satunya kelompok yang bertahan hidup hingga saat ini.
Keunikan Homo Sapien terdapat pada caranya melegitimasi suatu bahasa terhadap sesuatu yang tiada wujudnya, yaitu mitos kolektif yang terjadi pada kurun waktu revolusi kognitif 70.000 tahun yang lampau. Dari situlah interaksi yang terjadi antar individu menciptakan apa yang saat ini disebut sebagai budaya dengan norma-normanya, Homo Sapien sukses menciptakan suatu mitos yang dapat diyakini dan dipahami oleh jaringan kerja sama massa tanpa memandang orang tersebut berdasarkan etnis, suku atau warna kulit yang berbeda. Inisiatif tersebut karena Homo Sapien memang unik, dan ia dahulu memang hanyalah binatang yang berkerabat dengan kera tapi disertai gen-gen egois dan sombong yang merasa dirinya digdaya dan tidak membutuhkan kerabat maupun saudaranya sendiri.
Daftar Pustaka
1. Harari, Yuval, Noah. Sapiens, Jakarta; KPG 2017
2. Dawkins, Richard. Selfish Gene, Jakarta; KPG, 2018
0 Komentar