Penulis :
Renaldy Rachmat Subekti
Mahasiswa AFI Angkatan 2020


Beberapa hal yang menarik dalam filsafat salah satunya ialah pikiran kita diajak berkeliling dunia, bertamasya merefleksikan apa dan bagaimana pergulatan intelektual para filosof zaman dahulu. Sebagai anak kandung sejarah, filsafat merepresentasikan zamannya. Kita lihat pola pikir filosof era Yunani Kuno (pra sokratik) seperti Thales, Anaximandros, Anaximenes jika dibandingkan dengan pemikiran zaman sekarang terkesan sangat lucu. Bagaimana tidak, Thales yang mengatakan arche berasal dari air saja dijuluki sebagai bapak filsafat. Termasuk keunikan pemikiran mazhab atomik dan Zeno yang akan saya bahas kali ini. mari kita bersama-sama berefleksi kira-kira ke-25 abad yang lalu.

Mazhab Atomik

Sekitar tahun 540 SM lahirlah di kota Elea seorang Leukippos yang dianggap pertama kali mengenalkan faham atomisme. Sekalipun eksistensinya diragukan karena sedikit sumber  yang berbicara tentang kehidupan dan karyanya. Namun, Aristoteles dan Theophrastos menyatakan Leukippos adalah pendiri mazhab ini.

Leukippos mencoba mensintesiskan antara Parminedes dan Heraklitos, di dalam atomismenya yang ada tidak berubah-ubah dan selalu bergerak. Demokritos seorang muridnya kurang lebih sama dengan pandangan gurunya tersebut, bahkan sulit membedakan pandangan keduanya. Kendati yang lebih terkenal adalah muridnya, namun tanpa adanya Leukippos, Demokritus mungkin tidak kita kenal sampai sekarang. Gagasan inti keduanya adalah bahwa benda dapat dibagi hingga bentuk terkecilnya yang terbatas. Jika kalian memegang handphone untuk membaca ini dan membaginya sampai pada bagian terkecil yang tidak bisa dibagi lagi, itulah yang mereka sebut sebagai atom. Berasal dari bahasa Yunani yaitu Atomos, a berarti “tidak”, tomos berarti “terbagi”.

Selain membahas atom, mazhab ini juga membahas tentang kekosongan. Jika Parmenides menolak adanya ruang kosong, Demokritos beranggapan sebalikanya, justru didalam ruang kosong tersebut atom dapat bergerak. Di dalamnya atom-atom yang berbeda ukuran dan jenisnya saling bertabrakan hingga membentuk suatu benda yang utuh seperti handphone yang kalian pegang. Menurut mazhab ini alam semesta tercipta karena adanya atom yang bergerak tidak sengaja bertabrakan kemudian membentuk seluruh realitas yang ada.

Lalu, jika atom adalah unsur terkecil dan tidak ada lagi yang lebih kecil darinya, darimana ia dapat bergerak? Pertanyaan tersebut tidak dijawab oleh Leukippos dan Demokritos. Setidaknya salah satu filosof abad pertengahan yang menjawabnya. Thomas Aquinas dalam pandangan teologisnya yang menurut saya relevan dengan jawaban atas pertanyaan tersebut. Ia beranggapan bahwa Tuhan sebagai motor immobilitas, artinya tuhan sebagai penggerak tetapi ia sendiri tidak digerakkan oleh siapapun. Termasuk tuhanlah yang menggerakkan atom dalam ruang kosong.

Paradoks Zeno

   Jika Phytagoras terkenal dengan dalil/teorema Phytagoras yang rumus dasarnya dikembangkan dan dipakai untuk mencari luas segitiga pada sekolah umum (SD/SMP/SMA), tak kalah terkenalnya dengan Zeno yang menawarkan teori paradoks yang sukar dipecahkan oleh filsuf lain pada zamannya, sekalipun ia menggunakan logika yang benar. Sejauh teka-teki logika yang membuat seseorang pada kesalahannya sendiri. Zeno adalah filsuf Yunani yang diperkirakan lahir pada 490 SM dan tinggal di Magna Graecia (Elea), Italia. Zeno merupakan kolega dari Parmenides yang tegabung dalam Eleatic School, keduanya berpendapat sama yaitu alam semesta sebenarnya seragam, diam, dan tunggal, hanya tampak luarnya yang terkesan perbedaan dan perubahan. 

Zeno sendiri seorang komentator madzhab pluralis sekaligus pengkritik Heraklitos. Setidaknya ia mengemukakan enam paradoks dan membingungkan filosof Yunani. Kiranya akan saya beri contoh dua diantaranya. Pertama, argumentasi garis. Semisal terdapat 1 cm garis yang tersusun dari jejeran titik-titik, titik awal sampai titik akhir. Sebagai anti pluralis, titik pertama tersusun dari titik awal dan titik akhir, begitu seterusnya sampai titik tak terhingga. Lantas dimana letak paradoksnya? Sebagai garis yang terhingga (jarak 1 cm) yang disusun atas titik yang tak terhingga. Bagaimana mungkin hal yang tidak terhingga menciptakan suatu hal yang berhingga? Oleh karena itu Zeno menolak pluralitas, menurutnya pluralitas itu tidak ada, karena kalau ada dia akan terjebak pada logikanya sendiri.

Kedua, argumentasi anak panah. Ia mengatakan “anak panah yang meluncur menuju objeknya sebenarnya berhenti”. Anak panah yang meluncur pada setiap persekian juta detik pastilah berada pada ruang tertentu, dan kemungkinan lain anak panah itu berada di ruang lain. Dalam keadaan pertama anak panah itu berhenti. Kalaupun bergerak, ia berada di ruang lain. Namun, apakah mungkin sesuatu itu “ada” dan “tidak ada” dalam waktu yang bersamaan? Oleh karenanya “berpikir dan ada adalah satu” (Parmenides), pergerakan tidak mungkin ada. Terkait term “ruang” Zeno mengatakan jika ada itu berada dalam sebuah ruang, maka ruang itu pasti berada dalam ruang pula, dan kemudian ruang tersebut terletak dalam ruang pula, demikianlah seterusnya. Ia juga berpendapat jika anak panah tersebut bergerak, itu hanya ilusi indrawi semata. Pandangan paradoksal Zeno tersebut saya kira cukup untuk melatih ketajaman logika kita dan relevansinya memunculkan teori-teori tentang logika pada generasi berikutnya. 

Filsafat adalah anak kandung sejarah yang memuat sisi positif dan negatif, Seperti yang dikatakan oleh Pythagoras dalam Tetractis-diad-nya, dunia ini selalu kontradiktif, tidak mungkin kita mengenali panas tanpa kita tahu terlebih dahulu konsep tentang dingin. Sama seperti kita kenal terang dan gelap. Benar dan salah.

Saya kira cukup itu semoga bermanfaat untuk kalian, dan selamat bertamasya kedalam zaman lainnya. Terima kasih…


Daftar pustaka

LSF Discourse. 2020. Filsafat Bagi Siapapun. Discourse Book: Malang.

Situmorang, Jonar. 2020. Filsafat Yunani: Mengupas Tuntas sejarah Perkembangan Filsafat Yunani Dan Pengajarannya. PBMR ANDI: Yogyakarta.

Bertens, Kees. 1997. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.