Oleh Venella Yayank Hera Anggia [] Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Semester II; IAIN Tulungagung [] Staf Verstehen Organic Philosophy
Cinta ibarat mata air abadi, yang selalu mengalirkan kesegaran bagi jiwa-jiwa dahaga. Bagaikan anggur yang nikmat manis dikecap bibir menghangatkan badan, tetapi tidak jarang juga memabukkan. Terpujilah cinta yang mampu mengisi kesepian manusia dan mengakrabkan hatinya bersama manusia lain. Begitulah kata Kahlil Gibran mengenai cinta yang ada pada diri manusia.
Cinta merupakan fenomena yang manusiawi. Kau, aku, bahkan semua orang di dunia pasti pernah merasakan cinta yang memabukkan ini. Jika tidak berhati-hati dapat mengganggu kosentrasi kita dalam menggapai impian. Selain itu, cinta juga akan kehilangan makna ketika kau terlalu memujanya.
Cinta diartikan sebagai rasa yang indah diantara relasi Kakanda terhadap Ayunda. Walaupun begitu, tidak baik terburu-buru menyimpulkan cinta kepada seseorang. Jangan mudah mengatasnamakan cinta akan sesuatu hal yang dirasa. Kahlil Gibran berkata bahwa di dalam cinta yang dirasakan harus murni, terhindar keegoisan diri dan kepentingan-kepentingan pribadi.
Sebenarnya, cinta memberikan spirit dan energi kepada sang pelaku. Dikatakan salah jika cinta membuat malas akan suatu hal yang harusnya dikerjakan si pelaku. Perlu bagi para pelaku untuk mempelajari tujuan cinta. Tujuan mempelajari cinta agar hidup didasari oleh cinta, bukan didasari pemikiran ekonomis seperti saat ini.
Kasus cinta didasari pemikiran ekonomis sekarang kebanyakan ada pada orang tua kepada orang yang melamar anaknya. Mereka akan bertanya tentang pekerjaan sang pelamar. Jika pekerjaan sang pelamar sesuai dengan keinginan orang tua, maka akan diterima. Orang tua cenderung tidak memikirkan apakah anaknya mencintai sang pelamar atau tidak.
Cinta seperti kasus di atas membuat cinta bersifat rasional. Weber (Ritzer, 2012) menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap rasional apabila antara prinsip nilai yang dipegang sejalan dengan tujuan akhir. Selanjutnya Fowler (2007) dalam exchange theory menyatakan bahwa perilaku manusia menjadi pilihan rasional apabila benar-benar mempertimbangkan kepuasan maksimal dan rasa sakit minimal.
Perspektif rasionalis di atas menunjukkan bahwa orang tua terkadang masih berperan dalam cinta sang anak. Mereka memilihkan cinta rasional agar anaknya mendapatkan kepuasan ketika memiliki ikatan dengan pasangan. Kepuasan tersebut untuk menjaga agar tidak ada rasa sakit secara fisik maupun spikologis. Jelas di sini cinta kehilangan makna kemurniannya.
Gibran meyakini bahwa puncak moralitas adalah cinta yang keduanya memiliki relasi. Hal ini berarti ketika cinta tiba, ia telah mencapai tingkat moralitas. Ketika sedang mencintai pun sebenarnya diri sedang melatih moralitas dan mensucikan diri. Moralitas akan memaksa diri untuk mematikan ego dan kesombongan.
Moralitas tersebut nantinya akan berdampak terhadap nilai perlakuan romantis seseorang. Perlakuan romantis akan menunjukkan sikap apa adanya atau tidak dalam menyampaikan cintanya. Perlakuan romantis menjadikan tertanamnya sikap eksistensialisme diri sendiri dan mencari harmoni hidup.
Keromantisan cinta pun sebenarnya tidak diperlukan ritme, dimana sebuah perhatian harus diberikan secara terus-menerus. Sebab keromantisan tentang bagimana dia menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu, dia tidak perlu menjadi orang lain demi menyenangkan seseorang yang dia perlakukan secara romantis.
Berbeda dari moralitas, ada makna tersendiri ketika puncak cinta dipegang oleh ketulusan. Penderitaan menjadi dasar ketulusan, dimana perderitaan tersebut sebenarnya untuk mensucikan hati. Penderitaan juga akan menghilangkan sifat keakuan pada diri. Ketulusan cinta akan menerima rasa suka maupun duka. Semua hal itu tidak dapat dipastikan dan dipaksakan sesuai keinginan diri.
Di dalam buku Kahlil Gibran yang berjudul Sang Nabi, dia mengungkapkan tentang seorang nabi memberikan saran mengenai cinta. Cinta harus tetap didekap dan diikuti meski jalannya tidaklah mudah. Cinta memang selalu membutuhkan kesiapan dan pengorbanan. Cinta tidak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apapun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki dan tiada ingin dimiliki karena cinta telah cukup bagi cinta. Cinta begitu nyata dalam kehidupan. Gibran percaya bahwa cinta adalah satu-satunya kebebasan didunia ini. Cinta mengangkat semangat hukum-hukum kemanusiaan dan kewajiban alam tak dapat mengubah arahnya (Kahlil Gibran, 1968: 38).
Bagi Kahlil Gibran, cinta juga tentang keheningan. Ini berarti jika ada yang berbicara banyak mengenai cinta, maka makna cintanya semakin dangkal. Sebab, perwujudan cinta yang sesungguhnya menuju kesunyian. Bahkan, orang yang benar mencintai adalah orang yang tidak menyatakan cintanya. Sebab baginya suatu pernyataan cinta akan sangat berkaitan dengan penerimaan dan penolakan yang akhirnya akan ada kepergian.
Cinta tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ini seperti syairnya yang berbunyi “Kusucikan bibir-bibirku dengan api suci, memperbincangkan cinta, namun tak dapat kutemukan kata-kata. Tatkala cinta menjadi akrab denganku, kata-kata menjadi hilang dalam hembusan napas yang redup, dan nyanyian hatiku lenyap dalam kesunyian yang dalam” (Astaprilia, 2017: 55). Dari syair Kahlil Gibran ini berarti meskipun membicarakan soal cinta, mencari arti dan wujud cinta, tetap saja cinta tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
6 Komentar
Tapi tidak menutup kemungkinan dalam tulisannya Vanela. Cinta tiada memiliki dan tiada ingin dimiliki karena cinta telah cukup bagi cinta. Cinta begitu nyata dalam kehidupan. Gibran percaya bahwa cinta adalah satu-satunya kebebasan didunia ini. Cinta mengangkat semangat hukum-hukum kemanusiaan dan kewajiban alam tak dapat mengubah arahnya (Kahlil Gibran, 1968: 38).
Bagi Kahlil Gibran, cinta juga tentang keheningan. Ini berarti jika ada yang berbicara banyak mengenai cinta, maka makna cintanya semakin dangkal. Sebab, perwujudan cinta yang sesungguhnya menuju kesunyian. Bahkan, orang yang benar mencintai adalah orang yang tidak menyatakan cintanya. Sebab baginya suatu pernyataan cinta akan sangat berkaitan dengan penerimaan dan penolakan yang akhirnya akan ada kepergian.