Penulis Oleh :
M. Ayyub Perwira Negara
Mahasiswa AFI Angkatan 2019


Tuhan diciptakan oleh ketidaktahuan seseorang dalam menjelaskan sebuah fenomena yang terjadi secara jarang, dominasi tersebut menghegemoni secara garis besar dan diikuti oleh setiap orang yang kakinya menginjak di permukaan bumi.


Ceritanya seperti ini

**************

Aku berjalan dan kakiku secara sengaja menginjaki tanah berdebu pada musim panas yang malamnya sangat dingin

Aku melihat keadaan masyarakat yang diliputi oleh kesedihan serta kedalaman sengsara yang tak kunjung lenyap

Kepala mereka tertunduk karena kebisuan perhatian dari lain-lainnya dengan sinisme yang tak mempercayai siapapun

Aku tidak tahu apa yang mereka butuhkan ketika mereka sendiri tidak dapat mempercayai orang lain dan bahkan dirinya sendiri

Pemandangan yang menyulitkan mata sehingga secara sukarela biarlah aku yang mengawali semuanya


Maka kuciptakan sosok yang tidak terlihat, tidak diketahui, dan tidak ditemukan di sudut bumi manapun. Yang mana Ia merupakan metafora tepat bagi seseorang agar merasa segalanya terkendali dan baik-baik saja.

Sosok tersebut kugambarkan sebagai entitas terkuat yang tidak berdaging dan berdarah, yang maha segalanya, serta sifat utamanya yang pencinta meski kepada hati yang suka membenci, dan pengasih meski kepada si kaya yang memiliki segalanya


Itu berhasil, itu diterima, dan mereka memujanya


Kusebut Ia adalah Tuhan

Entitas yang begitu indah beserta kedalamannya terhadap cinta kasih yang menggairahkan

Ia adalah pelampiasan bagi orang-orang yang tak tahu arah pulang

Ia juga monumen terbaik yang memberi batas baik serta buruk


Sebagai gambaran yang terlalu sempurna, lambat laun Ia telah menjadi motivasi bagi keberingasan para pemujanya

Dua mata pisau yang bisa mengiris di arah manapun itu terbit

Karena begitu marak kejahatan yang dinisbatkan atas nama-Nya maka muncullah revolusi kematian Tuhan

Tuhan telah mati, benar-benar mati. Begitulah katanya