Tentunya, Kita sudah tau bahwa Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis yang dijabarkan dengan konsep mendasar. Pada studi filsafat, mutlak diperlukan logika berfikir dan bahasa, karena karakter utama berfilsafat adalah berfikir secara logis dengan dua aktifitas, yakni mengajukan argumentasi (baik untuk menemukan, menyusun, atau mengkritisi kebenaran) kemudian menganalisis dan menjelaskan kejelasan suatu konsep.
Sebagian besar seperti yang sudah diyakini, dalam hidup ini pada berbagai ranahnya tidak memiliki fondasi fundamental yang kuat. Oleh sebab itu, di sinilah filsafat memainkan peran pentingnya. Filsafat bukan hanya membantu kita ketika mengkritisi bias yang telah manusia ciptakan dalam hidup. Namun, juga membantu kita dalam menemukan kejelasan atas banyak hal yang telah kita percaya.
Artikel kali ini akan mengulas bagaimana filsafat pertama kali dimulai. Berlokasi di sekitar tengah pesisir lonia di Asia kecil, kota kaya, berkembang dan salah satu kota paling kuat di dunia Yunani, Miletus. Dengan pelabuhannya yang menawan, posisi pertahanan yang tangguh, dan perniagaan yang maju, Miletus mengalami pertumbuhan ekonomi dan politik yang pesat. Kebiasaan masyarakat disana dalam bertukar pikiran menjadikannya logis bahwa Miletus merupakan kota yang menjadi cikal bakal munculnya Filsafat.
Dahulu, bentuk pemikiran masyarakat Yunani terbilang paling cepat berkembang dibidang ekonomi, politik, dan budaya semenjak abad ke-7 SM. Tetapi, mereka juga masih kurang dalam memainkan peran rasio. Sehingga, segala bentuk fenomena alam yang terjadi diangap sebagai bentuk aktivitas dari para dewa yang mereka yakini. Sang maha guru kita, Thales. Diperkirakan lahir pada tahun 624/620 SM. Berbincang perihal kehidupan pribadi Thales, ia mempunyai orangtua bernama Examyes dan Cleobuline, mereka memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan Phoenicia dan juga Cadmus pangeran Fenisia. Setelah Thales menikah ia mempunyai anak laki-laki bernama Cybisthon atau Cybisthus kemudian, Thales juga mengadopsi keponakannya dan memberikannya nama serupa.
Thales merupakan orang pertama yang memindahkan corak berpikir dari mitosentris menjadi logosentris. Ia juga merupakan pemikir pertama dalam sejarah filsafat barat yang menganalisis gejala alam tanpa menghubungkannya pada mitologi dan lebih menekankan kepada pendekatan ilmiah. Thales termasuk kedalam filosof alam yang mengkaji tentang kosmos secara umum atau biasa disebut pemikir yang berpandangan kosmosentris. Thales juga dikenal sebagai salah satu dari tujuh orang bijak di Yunani atau The Seven Sages of Greece. Thales berpendapat, bahwa ‘’Air adalah prinsip asal dari semua benda’’ dalam pengertian ini, ia mengatakan bahwa bumi yang kita tempati bertumpu pada air. Pandangan Thales tentang seluruh alam semesta berasal dari air, tampak begitu naif jika kajian ini kita kaitkan dengan kemajuan teknologi dan sains pada hari ini. Namun, yang menarik pada pandangan Thales bukan perkara airnya. Tetapi bagaimana ketika dia mencoba mencari satu prinsip utama yang mendasari bagi lahirnya semesta itu sendiri yang biasa dikenal sebagai arche dalam bahasa Yunani atau kata ‘permulaan’ dan mendapat arti ‘realitas yang mendasari’ dan juga berarti ‘akhir’.
Ketika melakukan perjalanan ke Mesir saat menjadi saudagar, Thales dianggap dapat mengukur tinggi piramida hanya dengan bayangan saja dan juga mengukur jarak jauhnya kapal di laut. Thales mempelajari bidang matematika dan astronomi, kemudian setelah bekerja untuk periode kecil di masa mudanya pada industri perdagangan ia mengabdikan dirinya pada sains dan filosofi. Ia meneliti fenomena alam, mempelajari cuaca, memprediksi gerhana matahari, dan bahkan mencoba merasionalisasi gempa bumi. Salah satu temuan Thales yang menggemparkan waktu itu adalah ketika dia mampu memprediksi adanya gerhana matahari yang terjadi pada tanggal 28 Mei 585 SM ini merupakan temuan yang jarang ditemukan, karena pada biasanya prediksi-prediksi itu berdasarkan mitos tetapi Thales sudah mulai mengkaji secara ilmiah dengan perhitungan dan ilmu astronomi yang ia pelajari. Semakin baik dia memahami dunia di sekitarnya, semakin dia mempelajarinya.
Setelah berkiprah begitu lama didalam perjalanan pelik yang melelahkan, Thales akhirnya meninggal, penyebab kematian nya pun belum diketahui secara spesifik. Ia meninggal di Miletus pada tahun 547. Namun sebelum kematiannya, Thales mendirikan sekolah filsafat Ionia di Miletus, dan ia memiliki banyak murid. Salah satunya yang terkenal adalah Anaximander (611-546), kemudian ia sukses menggantikan posisi Thales di Miletus setelah kematiannya. Pada ajarannya, Thales tidak mengabadikan pemikirannya kedalam bentuk tulisan. Dan sumber utama ketika kita ingin mengetahui pengetahuan mengenai ajaran Thales adalah Aristoteles, dimana ia sendiri mendapat informasinya dari tradisi lisan saja. Dalam ulasan ini mungkin masih terkesan mengambang dan belum menemukan titik terang kejelasan yang diharapkan pembaca. Namun, tulisan ini merupakan gerbang awal kita untuk menilik lebih jauh kepada rimba istilah yang di rumit-rumitkan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Filsafat.
Daftar Bacaan:
0 Komentar