Penulis:
Iqbal Athoillah
Aku ingin menulis di secarik kertas yang kau beri
Namun tiadalah pena untukku menulis
Kucoba tulis di ponsel pintar yang kupakai
Tapi enggan selesai, sebab ide-ideku menolak eksis
Hendak kusimpan dalam sempit memori
Kurasa percuma, waktu tak pernah kembali
Lalu aku sadar
Kita semula adalah munajat
Dengan restu dan suratan qadar
Kita mampu memilih mana yang mulia dan mana yang bejat
Malu bertanya tebal di muka
Kepadamu pemilik arunika
Sesat dijalan walau lengkapnya mata
Oh penjaga swastamita
Di penghujung malam, di balik purnama yang tak tak begitu purna
Seraya kusebut dosaku
Dengan lantang dan sumbang suaraku
Kutatap semesta yang penuh hampa
Duhai engkau, bintang paling terang di malam hari
Berilah aku kematian yang indah
Kupersembahkan jiwa yang tersisa ini
Renggutlah aku yang penuh gelisah
Seraya kusebut dosaku
Diantara ketidakhadiran jawabmu
Entah dosa yang tercipta karena standar moral hukum
Atau karena adagium amor fati fatum brutum
Melalui abstraksi aku bersaksi
Dalam delusi aku beraksi
Tak ingin terbatasi oleh akalku yang bakhil
Izinkan aku menjadi nihil
0 Komentar