Penulis:

Iqbal Athoillah

Mahasiswa AFI angkatan 2019


Aku ingin menulis di secarik kertas yang kau beri

Namun tiadalah pena untukku menulis

Kucoba tulis di ponsel pintar yang kupakai

Tapi enggan selesai, sebab ide-ideku menolak eksis

Hendak kusimpan dalam sempit memori

Kurasa percuma, waktu tak pernah kembali

Lalu aku sadar

Kita semula adalah munajat

Dengan restu dan suratan qadar

Kita mampu memilih mana yang mulia dan mana yang bejat

Malu bertanya tebal di muka

Kepadamu pemilik arunika

Sesat dijalan walau lengkapnya mata

Oh penjaga swastamita

Di penghujung malam, di balik purnama yang tak tak begitu purna

Seraya kusebut dosaku

Dengan lantang dan sumbang suaraku

Kutatap semesta yang penuh hampa

Duhai engkau, bintang paling terang di malam hari

Berilah aku kematian yang indah

Kupersembahkan jiwa yang tersisa ini

Renggutlah aku yang penuh gelisah

Seraya kusebut dosaku

Diantara ketidakhadiran jawabmu

Entah dosa yang tercipta karena standar moral hukum

Atau karena adagium amor fati fatum brutum

Melalui abstraksi aku bersaksi

Dalam delusi aku beraksi

Tak ingin terbatasi oleh akalku yang bakhil

Izinkan aku menjadi nihil