Oleh Hania Safitri [] Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Semester
II; IAIN Tulungagung [] Staf Magang Verstehen Organic Philosophy
Plato dan Aristoteles mengemukakan bahwa berpikir berarti bicara dengan
dirinya sendiri didalam batin. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk
mengolah pengetahuan yang diterima melalui panca indera dan ditunjukkan
untuk mencapai kebenaran (Poespoprojo dan Gilarso, 1999: 13). Definisi
tersebut menunjukkan bahwa berpikir termasuk kegiatan yang bisa dilakukan
setiap manusia, karena akal dan panca indera merupakan syarat untuk
berpikir.
Manusia memiliki metode berpikir yang berbeda-beda. Salah satunya ialah
metode berpikir ala filsafat. Mode ini melatih kita untuk menggunakan akal
sehat di segala bidang kehidupan. Segala realitas didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal. Sehingga kita dapat cakap
berpikir; rasional, kritis, benar, salah, dan mendasarkan
tindakan-tindakan—alasan-alasan yang tepat—bukan atas emosi atau prasangka
saja (Poespoprojo dan Gilarso, 1999:12).
*****
Berpikir filsafat dapat dimulai dengan mengajukan pertayaan-pertanyaan
mendasar; apa, mengapa, bilamana, bagaimana dan dimana (Sumaryono,
1993:13). Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarahkan seseorang untuk
berpikir sampai ke akar persoalan dan mendapatkan jawaban yang hakiki.
Kegiatan ini merupakan salah satu ciri berpikir ala filsafat; radikal.
Berpikir secara radikal juga akan mengantarkan kita pada sebuah pemahaman
yang mendalam. Radikal tidak sama dengan teorris, harus kalian ingat dan
pakai kacamata berwarna. Hal ini akan menuntun kita untuk ketahui sesuatu
yang berkaitan dilingkungan kita. Pada dasanya setiap pikiran sebuah ilmu
selalu berkaitan erat dengan ilmu yang lainnya. Mudahnya, ilmu terlahir
dari gejala realitas yang ada.
Berpikir ala filsafat tidak cukup hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mendasar saja. Pertanyaan perlu terlebih dahulu dianalisis melalui
penalaran logika (Sumaryono, 1993: 14). Logika merupakan ilmu dan kecakapan
menalar (berpikir dengan tepat). Sedangkan suatu jalan pikiran yang tepat
dan sesuai patokan yang ada disebut logis.
Jalan pikiran yang tidak sesuai patokan logika disebut berantakan (sesat
pikir). Sehingga bisa menimbulkan tindakan yang menyimpang (Poespoprojo dan
Gilarso, 1999: 13). literasi lain, berpikir logis adalah pemikiran
didasarkan kaidah-kaidah penalaran yang mendukung terwujudnya; pemahaman,
keputusan, serta kesimpulan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan
(Wahana, 2016: 4).
Berpikir rasional tak kalah pentingnya dari berpikir radikal dan logis.
Berpikir secara rasional menunjukkan bahwa baik kegiatan berpikir maupun
hasil pemikiran ala filsafat harus diterima secara; akal sehat, bukan
perasaan subyektif, khayalan dan imajinasi (Watloly, 2012).
Dapat juga dikatakan, berpikir rasional berarti berpikir secara; kritis,
logis dan sistematis (Wahana, 2016:4). Sedangkan berpikir sistematis
berarti berpikir secara terstruktur dan teratur berdasarkan hukum berpikir
yang benar. Hal ini, dapat dikatakan bahwa pemikiran ala filsafat selalu
bergerak selangkah demi selangkah.
Dengan penuh kesadaran (pengujian diri), kita terkadang berusaha untuk
mendudukan kejelasan isi dan makna secara terstruktur dengan penuh
kematangan—dalam urutan prosedur atau langkah berpikir yang tertib,
tertanggungjawab, dan saling berhubungan secara teratur— (Watloly, 2012).
Dapat dikatakan bahwa berpikir sistemais sebagai satu-kesatuan pemahaman
yang saling terkait satu saman lain secara organis, yang masing-masing
bagian memiliki kedudukan dan peranan yang tak tergantikan (Wahana,
2016:4).
*******
Sebagian orang beranggapan bahwa filsafat itu tidak penting, dan sebagai
hal tabu untuk diperbincangkan. Ke-Tabu-an yang dikatakan melahirkan mitos
bagi filsafat untuk tidak boleh disentuh (terdapat kekuatan berbahaya).
Nyatanya filsafat bukan suatu yang buruk. Sebenarnya filsafat adalah cara
berfikir secara mendasar (radiakal), menyeluruh (holistic), dan pemikiran
disertai teori (spekulatif).
Berfikir merupakan jalan intens dalam memecahkan sebuah masalah. Upaya
berpikir dengan menggabungkan realitas satu dengan lainnya kita bisa
memperoleh pencerahan ilmu. Merkipun realitas itu belum tentu tertangkap
jelas dalam benak kita. Jadi, berfikir juga melibatkan kemampuan untuk
membayangkan atau menyajikan objek-objek yang tidak ada secara fisik atau
kejadian-kejadian secara langsung.
Cara terpenting dalam memahami apa itu filsafat tidak lain adalah dengan
berfilsafat. Berfilsafat disini diartikan mengobservasi suatu permasalahan
dengan menerapkan argument-argumen; rasional, deskriptif, evaluatif,
normatif dan menyeluruh. Berfilsafat juga diartikan dengan mempertanyakan
dasar dan asal-usul secara mendasar, mencari orientasi dasar kehidupan
manusia. Hal ini terbukti bahwa manusia tidak akan berhenti umtuk berfikir.
Jadi, filsafat itu memaikan proses pemikiran manusia dengan menjadikan
pemikiran tersebut menjadi jelas dan tetap dihadapan realitas (jamak dan
membingungkan).
Dari paparan tersebut bahwa berfilsafat adalah berfikir, tetapi tidak semua
berfikir adalah filsafat. Dalam berfikir filsafat juga harus memiliki
karakteristik atau ciri-ciri seacara khusus. Diantaranya ciri-ciri dalam
berfilsafat antara lain:
Konsepsional, adanya penyusunan suatu bagian konsepsional dari hasil
gagasan dan abstraksi dari suatu pengalaman tentang hal-hal serta
proses-proses satu demi satu. Koheren, adanya penyusunan suatu bagian
konsepsional secara singkat dan runtut. Koheren juga bisa diartikan sebagai
berfikir secara sistematis (logis), dengan urutan yang bertanggungjawab dan
teratur.
Memburu kebenaran, berfilsafat yang berarti memburu kebenaran tentang
segala sesuatu. Kebenaran yang baru ditemukan juga terbuka untuk
dipersonalkan kembali guna menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.
Radikal, menjadi filsuf identik dengan memiliki pemikiran yang radikal.
Karena dengan berfikir radikal tidak hanya memikirkan dengan satu tujuan
saja atau hanya melihat wujud realitas tertentu. Berfikir readikal bukan
berarti mengubah atau membuang segala sesuatu, melainkan berfikir secara
mendalam.
Rasional, berfikir secara rasioal berarti berfikir; sistematis, logis dan
kritis. Berfikir logis bukan hanya sekedar mengetauhi pengertian dengan
akal sehat saja, melainkan sanggup menyimpulkan dan mengambil keputusan
yang tepat dan benar. Universal, merupakan sistem filsafat yang harus
bersifat kompherensif. Hal ini berarti tidak ada sesuatu pun yang berada
diluar kemampuan. Berfikir universal tidak berfikir khusus, terbatas pada
bagian-bagian tertentu, tetapi mencangkup secara keseluruhan dan tidak
terpotong-potong.
*****
Filsafat adalah ilmu yang mencari sebab dari segala sesuatu dengan bersifat
mendalam berdasarkan fikiran atau rasio. Dimana manusia merupakan makhluk
yang memiliki kemampuan untuk berfikir. Kemampuan manusia tersebut mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimana menjadi alat
manusia untuk mengembangkan beragam ilmu pengetahuan (kebudayaan).
Berfikir memang hal yang lazim dimiliki setiap orang, namun tidak semua
orang mampu berfikir lebih mendalam dalam kesehariannya. Hal ini dikatakan
sebagai berfikir filsafat, yang mana berfikir filsafat sangat penting untuk
semua orang guna melakukan aktifitas sehari-hari dan mencari solusi dari
suatu masalah.
Berfilsafat adalah berfikir, namun berfikir belum tentu berfilsafat. Jika
dikatakan berfilsafat adalah berfikir, bahwa berfilsafat merupakan kegiatan
dalam berfikir. Berfikir yang berarti berbicara dengan dirinya sendiri di
dalam batin. Namun, dilihat dari logisnya berfikir secara benar itu
mengandung arti menganalisis, membuktikan sesuatu dan menarik kesimpulan
mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi dan membahasakan suatau realita.
0 Komentar