Polemic idealisme and empirisme

Penulis :

M. rizky zain & Manyoen

Staf Buletin Verstehen HMPS AFI

illustrasi:

Wahyu Budi Raharja

CO Divisi Media

Karakteristik masyarakat Yunani kuno, awalnya ditandai dengan adanya mitologi. Karakter tersebut, sangat memengaruhi pola pikir masyarakat pada zaman itu. Dikemudian hari, para filsuf merubah cara pandang mayoritas masyarakat pada zaman tersebut. Salah satunya filsuf peradaban Sokratik, Sekitar abad 4 SM. Mereka adalah Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Sokrates adalah guru dari Plato yang tidak pernah menulis gagasannya sendiri.

Baru dapat di temukan banyak Pemikiran Socrates di dalam karya-karya Plato. Bahkan bisa dikatakan yang dipikirkan Socrates, hampir sama dengan yang ditulis oleh Plato. Plato, terkenal dengan pemikiran idealisme, yang mempresentasikan bahwa alam semesta terdiri dari ‘ide’ dan ‘realitas’. Hal ini dapat  disebut sebagai istilah ‘dualisme’ yang di dalamnya terdapat sintesis antara pemikiran Heraklitos dan Parmenides. Menurut Plato, kehidupan yang kekal adalah ‘idea’, sedangkan yang tidak nyata adalah ‘realitas’.

Dualisme Plato menunjukan sintesis antara pemikiran Heraklitos dan Parmenides. Dia mempunyai gagasan, bahwa alam semesta bukan hanya statis atau dinamis, namun kedua-duanya. Artinya, Plato memberikan solusi dengan mengemukakan sintesis atas polemik Heraklitos dan Parmenides. Jadi menurut Plato, ada sesuatu yang statis dan dinamik.

Seperti yang diungkapkan Parmenides, didasari pada konsep statis, artinya segala sesuatu tetap dan tidak dapat berubah. Konsep statis menurut Plato adalah karakteristik dari ‘idea’ yang sifatnya hakikat atau kekal. Sedangkan Heraklitos mengatakan, sesuatu yang dinamik atau mengalami transformasi. Artinya bahwa, sesuatu dapat mengalir dan dapat berubah. Sesuatu yang dinamis, merujuk pada bagian dari kehidupan dunia yang tidak nyata, plato menyebutnya‘realitas’.

Sumber ilustrasi : MatiasEnElMundo / Getty Images

            Dari analisis Plato diatas, ia menganalogikan dengan alegori Gua yang terletak diatas bukit bebatuan tinggi. Alegori Plato, menggunakan metafora, yaitu seseorang yang di tahan. Dengan dirantai dalam kegelapan selama hidupnya, dibelakangnya terdapat bara api. Orang tersebut hanya dapat menghadap ke dinding gua, sehingga mereka tidak bisa bergerak atau menoleh. Api besar berkobar di belakang mereka, yang bisa ia lakukan hanyalah menatap  bayang-bayang didepannya.

Kemudian orang yang dirantai, dibebaskan oleh orang yang naik bukit melalui bukit bebatuan tersebut. untuk menunjukkan kehidupan asli diluar gua, seperti memandang matahari, bulan dan benda-benda asing yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Tetapi seseorang tersebut tidak meyakini dengan yang dilihat. Sebab dia meyakini bahwa kehidupan yang asli, ialah sebuah bayangan yang dilihat didalam gua.

            Alegori diatas, menjadi gagasan utama Plato dalam pemikirannya tentang idealisme. Bahwa kehidupan yang nyata serupa dengan yang diucapkan Parmenides, bahwa ada entitas yang tetap dan tidak berubah. Hal ini persis dengan alegori Plato, yaitu orang yang berada dalam gua. Ia menganggap bahwa bayangan menunjukkan  arti kekal dan hakikat, dia menyebutnya ‘idea’. Sebab kehidupan yang nyata adalah sebuah bayangan atau 'idea'.

Sedangkan sesuatu yang berubah adalah kehidupan diluar gua. Dimana suatu saat mengalami transformasi atau perubahan. Dalam hal yang bersifat dinamis, serupa dengan pemikiran Heraklitos. Dalam filsafat Plato, dia menyebutnya ‘realitas’. Jadi Plato menganggap bahwa alam semesta, tidak hanya statis tapi juga dinamis.

            Kemudian Plato mengatakan, bahwa sebelum kehidupan idea sampai pada realitas. Seluruh ingatan semua makhluk dihilangkan, agar lupa bahwa ia pernah hidup dalam dunia ide. Namun hanya orang tertentu yang dapat mengingat, bahwa ia pernah hidup pada dunia idea.

Seperti halnya Plato, dia ingat sebelum menempati dunia materi, terelebih dahulu menempati dunia ide. Ingatan terakhirnya, dia meminum air sungai lete. Peristiwa semacam ini disebut dengan istilah anatesis. Perlu diketahui bahwa kejadian anatesis tersebut bersifat mitos. Peristiwa yang dialami Plato disebut anatesis, dia menyebutnya dengan istilah inet idea.

Anatesis yang dialami oleh Platon sebenarnya mempunyai makna tersendiri menurut otoritatif masyarakat di Quora. Bahwa yang di ceritakan tentang air sungai lete adalah air ketuban. Air ketuban ada saat dia masih didalam kandungan ibunya. Kejadian ini menunjukkan bahwa yang di dimaksud oleh Plato tentang inet idea menjadikan makna yang luas atau multitafsir. Sehingga pada generasi setelahnya yaitu Aristotales salah satu muridnya, memperlunak pemikiran Plato menjadi istilah yang dikenal dengan empirisme.

Filsuf selanjutnya yaitu Aristorteles, yang terkenal dengan filsafat empirisme. Hal ini tidak terlepas dari ajaran ayahnya sebagai seorang dokter yang menitikberatkan pada realitas inderawi. Sejak kecil Aristotales telah diajari oleh ayahnya tentang teknik bedah, yang kemudian perhatiannya tertuju pada ilmu alam terutama ilmu biologi.

Selama kurang lebih dua puluh tahun Aristoteles menjadi murid dan kolega Plato di akademi. Kemudian pada tahun 348 SM Platon meninggal dunia, setelah kematian sang guru Aristoteles bersama Xenokrates meninggalkan Athena untuk pergi ke sebuah kota kecil di Pantai Asia Minor. Disana Aristoteles mendirikan sebuah akademi dan sempat menjadi guru dari Alexander Agung. Alexender adalah seorang yang berpengaruh besar dalam dunia timur. Selang beberapa tahun Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan akademi yang dinamai Lykeion.

Ditempat itulah Aristoteles memberikan ajaran-ajarannya selama kurang lebih dua belas tahun, sebelum akhirnya ia melarikan diri ke Chalcis sebab tuduhan menista para dewa-dewa dan membuat agama baru. Selang satu tahun setelah pelariannya, Aristoteles meninggal dunia akibat sakit yang di deritannya. Setelah zamannya terdapat banyak perkembangan tentang teori empirisme dalam dunia moderen.

Dari biografinya kemungkinan besar pemikirannya sengat berpengaruh pada filsafatnya. Menurut Aristo, gagasan Platon tentang inet idea khususnya pada peristiwa anatesis, seperti yang diceritakan oleh orang Quora. Aristoteles memperjelas secara terstruktur pemikiran Plato. Peristiwa anatesis semacam itu, menurut Aristotales adalah kejadian yang benar terjadi; sebab inet idea menurutnya dapat diketahui melalui benda material. Orang Quora menyebutnya dengan air ketuban didadalam kandungan.

Dalam hal ini Aristo menemukan gagasan baru, berupa empirisme. Sebab menurutnya tidak ada pengetahuan yang asli kecuali dengan empiris. Jadi, Aristo memperjelas inet idea, bahwa bahan dasar yang di pikirkan olehnya, sebelum empiris adalah logos. Walaupun sedemikian rupa, pada zaman tersebut tidak ada pemisahan antara ilmu pengetahuan.

Sumber ilustrasi : https://art-sculptor.com/en/works/aristotle-2007/

Namun dalam perkembangan ilmu pengetahuan, Aristoteles pada saat itu berupaya mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menjadi tiga yakni: etika, estetika, praktika. Diantara para pemikir lainnya ia dianggap sebagai salah satu filsuf yang berkontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Ia menciptakan versi awal pengamatan pendekatan empiris yang berdasarkan observasi, hipotesis, dan pengalaman langsung (eksperimentasi) yang setidaknya menjadi landasan bagi kegiatan ilmiah hampir disetiap bidang kajian. Walaupun dalam zaman moderen terdapat metode baru yang ditemukan, namun teknik Aristotales masih relevan digunakan oleh kebanyakan para pemikir setelahnya.

 




Sumber refrensi:

Hatta, Mohammad. 2020, Alam Pikiran Yunani. Jakarta UI Press.

https://www.thecollector.com/heraclitus-parmenides-nature-of-the-universe/

John Henry Source, The Origin of Plato's Cave Author. Harvard Studies in Classical Philology , 1906, Vol. 17 (1906),  hlm. 131-142 Published by: Department of the Classics, Harvard University

Petrus L, Simon. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.

Russel, Betrand. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.