RADAR (ROMANTIS DENGAN SYAIR) #2


Apa kabar

Aku tahu
Seucap kata apa kabar yang tersemat di bibirmu
Telah tercipta dalam ribuan malam
Yang bungkam
Basah oleh gerimisi airmata
Karena jika tidak
Menangis adalah hal mustahil untuk merindukanku?

“hai, apa kabar kamu?”
“ada apa?”
“emm pundakmu baik-baik saja?”

Aku tahu kalimat itu akan keluar
Dari bibir manismu
Seharusnya kau tahu, beban kesendirian
Akan selamanya lebih ringan
Dibanding menggendongmu sepanjang perjalanan

“kalau kamu butuh bersandar, datang saja”
“hatiku masih ada di ruang, yang menjadi tempatmu pulang!”



Yudha Ahmada Arif



Rindu

Jiwa yang mulai resah..
Seakan Membuat hati ini gelisah
Jiwa yang sudah terkunci..
Yang membuat hati ini mati..
Mutiara yang dikirimkan sang pencipta ..
Kini sudah tak sudi untuk bertegur sapa
Raga ini mulai meronta
Mencari mutiara yang mungkin telah sirna..
Mungkinkah diri ini bertanya? Pada lampu Yang telah menyala..
Apakah hatimu padam? Entahlah..
Jam dinding pun mulai berbisik..
Tersenyumlah Karna aku adalah waktu yang bisa menghapus semua lukamu
Rindu...
Yang menggema dalam kalbu... Merasakan cepatnya waktu berlalu..
Entah apa yang aku kulihat itu
Seakan semuanya terlihat semu
Itu bukan dirimu bahkan bukan juga bayangmu..

Jiwa yang mulai resah..
Seakan Membuat hati ini gelisah
Jiwa yang sudah terkunci..
Yang membuat hati ini mati..
Mutiara yang dikirimkan sang pencipta ..
Kini sudah tak sudi untuk bertegur sapa
Raga ini mulai meronta
Mencari mutiara yang mungkin telah sirna..
Mungkinkah diri ini bertanya? Pada lampu Yang telah menyala..
Apakah hatimu padam? Entahlah..
Jam dinding pun mulai berbisik..
Tersenyumlah Karna aku adalah waktu yang bisa menghapus semua lukamu
Rindu...
Yang menggema dalam kalbu... Merasakan cepatnya waktu berlalu..
Entah apa yang aku kulihat itu
Seakan semuanya terlihat semu
Itu bukan dirimu bahkan bukan juga bayangmu..

M. Alfaridzi Asshidiq


Karya

Yang ku redam,
ternyata belum benar-benar padam
Sebab, rindu yang punya tak pernah fana'
Ia kekal pada sesak yang menghujam dada 

Bukan hanya puluhan, 
bahkan sampai ratusan malam masih saja berjalan
Aku tak mengerti, hati begitu sulit meninggalkan peraduan, 
Dimana disana aku tak lagi ada, 
tempat untukku hanya sebatas ingatan nama
Atau mungkin, sekedar luka yang pernah menjadi milik kita berdua

Ratusan malam ku lalui, sejak kepastian tak lagi menemui arti
Bahkan perpisahan adalah akhir dari semua yang terjadi
Berat kurasakan, rindu yang ku punya hanya sendirian. 
Tak lagi ada yang ingin ia perjuangkan
Selain masih bisa melihatmu dari kejauhan. 

Banyak yang datang seolah ingin menjadi penawar
Namun sakit di hati sudah terlalu meninggalkan memar
Hingga aku tak menemui sadar, 
Kabar darimu hanyalah impian yang semakin samar

Kau telah menemui bahagia, seolah kisah kita tak pernah meninggalkan makna
Terlalu cepat untukmu melupa
Sementara aku masih termenung untuk luka, 
sebab kepergianmu tak ada sebab apa-apa

Tak lagi ku temui makna hati
Sebab ia telah kau bawa pergi.
Ku pasrahkan untukmu kekuatan yang ku punya, sisanya biar kan ku kais untuk menimbun luka
Aku disini baik-baik saja
Masih mengingatmu dengan rasa sesak di dada

Yeni Novita Sari



Tentang Rindu

Hiruk pikuk, riuh di pesisir
Menari di antara sang bayu melambai
Jingga mewarna senja menebar
Sinar bahagia terukir di seantero negeri

Pasir terkikis anila mengalir
Sembilu hati pun tak bisa dipungkir
Menyingkir
Getir

Rindu terasa kian bergemuruh
Bersama bongkahan cinta yang enggan luruh
Saat guratan rasa terhalang samudera
Walau terbentang sepanjang garis katulistiwa

Hati ini buncah
Namun rindu tetap enggan menyerah
Berlayar di tengah-tengah lautan asmaraloka
Meraih dan bersandar di dermaga cinta

Nganjuk, 03 April 2020
Yuyun Yuliana


Zam

Di malam pekat aku terjaga
Menapaki jejak sukma
Membangun ilusi tentangmu
Tentang senyummu.. kala itu
Zam...
Lengkungmu membekas
Ujung bibirmu tak ingin lepas
Meski tubuh ini digerus waktu... dingin diterpa angin
Masa mu... enggan beranjak pergi
Zam...
Banyak hal yang ingin ku ungkapkan
Tentang keagungan yang melingkupi kita
Namun... mimpimu adalah mimpi yang tak kau paksakan
Sedang mimpiku.... mengarat mengundak fana
Aku merindukanmu.... Zam..
Meski hanya sekilas bayangmu tersenyum
Walau ruas jemariku merengkuh semu
Zam...
Andai cinta adalah kata yang harus ditulis
Sungguh... penaku telah habis
Andai cinta adalah jiwa-jiwa yang di dermakan
Cukupkah jiwaku untukmu..?

Istika Rani

Posting Komentar

0 Komentar