Kau mengharapkan apa dari secangkir kopi panas.
Warna hitam yang pekat?
Rasa manis yang mencekat?
Pahit yang mengikat?
Atau rindu yang sekian lama menjerat?
Kau mengharapkan apa dari hujan.
Genangan air yang memenuhi sudut ruang?
Atau kenangan yang kusimpan dalam diam?
Aku separuh senja yang rapuh
Sepasang bintang yang mengaduh
Lalu berubah menjadi seorang insan yang mudah mengeluh.
Kau tahu, mengapa?
Karantina ini membuatku merana
Tak bisa kuhirup wewangian tubuhmu yang semerbak
Social distancing membuatku hampir sinting
Dipenjara oleh rasa rindu yang teramat genting.
Aku bungkam di sudut ruang
Menantimu dalam diam.
Jadi, kau suka kopi atau hujan?
Aku lebih suka merinduimu sepanjang malam.
Sobo, 1 April 2020
Novi De
Rindu Terbalut Alam Yang Beda
Aku tak mungkin mempelajari ilmu quantum pada fisika
Untuk membuat mesin waktu dan kembali pada masa kita
Atas rinduku pada segenap rasa yang tersisa
Pada rinduku yang meruang dan tak pernah menua
Rotasi waktupun tersisa hampa
Pada rindu yang enggan mengampuniku
Pada kepergianmu yang membawa jiwa kecilku
Hingga tangisku terurai dalam ruang nestapa
Ketika purnama mulai bercengkrama dengan orang-orang kalah
Kalah akan jeda kehidupan berbalut kematian
Namun menang pada kabar yang sering ku dengar
Malam jumat rohmu akan pulang
Jika benar, aku menunggumu di depan pintu
Dengan kopi hitam tanpa gula kesukaanmu
Rokok filter dan korek apimu yang bersekutu dengan debu
Oh ya, tentu pelengkap terakhirnya adalah senyumku
Rindu ini nyata, bukan hal fana
Setengah terungkap lewat kata
Sepertiga larut dalam air mata
Sisanya ku langitkan lewat doa
Ayah, aku menyayangimu
Sisanya biar lengan tuhan yang menjagamu di alam sana
Memelukmu di waktu kedinginan
Jua terpaan kesepian
Siti Aisyah
Debu Tak Menjeda Rindu
Rindu menggerutu,
mengomel tanpa tahu diri
Menyerbu bilik-bilik hati
Tanpa mengerti alamat merebahkan arti
O kasih,
adalah aku,
Debu
Mengais jamahan jelajahmu
mencium ujung sepatumu yang tak hirau kau pandang
Bergelut dengan sepoi angin yang badai
Mencoba melembut
menerpa wajah anggun dinginmu
O Kasih
Tiadakah kau coba sadari?
Ada yang selalu mengitarimu setiap sisi
Bercerminlah!
Lihatlah aku, temukan aku!
Selubung meraung sumringah, saat kau menangkap hadirku
Gembira menarikan jiwa
Kabar cinta telah kau terima
Sekejap,
makna debu kau buat kian merang-rang
Sungguh tiada kah kepantasan aku membersamaimu, kasih?
Kasih?
Kasih?
Ooo Kasih,
sungguh aku
Ialah debu
Pemilik rindu yang selalu puncak
Pemilik cinta yang selalu teriak
Pemilik buta dan tuli saat
deburan jiwamu,
mengusirku di bibir dermaga netra syahdumu
Aku,
debu yang tak pernah berhasil membawa pulang obat rindu
Ah, sudahlah
Sajak baru, kutahu
Shintamu tak lagi aku
Debar jantung
Bukan tatap parasku
Sebuah rasa
Sebait rindu
Sepenggal cinta
Palung asaku
Qoni’atuz Zakiyah
Antara Esa dan Tanya?
1
Lahirnya Esa
Merenggut hampa
Menjajah suaka
Berdiri sendiri dihadapan sepi
Menceraikan sunyi
Tibalah Dia
Dipangkuan doa
"Kuhadirkan Diriku! Didepan ciptaan-Ku"
2
Menerobos kabut pekat
Ladang menjamurnya Yang tak kasat
Gentayangan mengemis pelukan
Lewat pahala-pahala peribadatan!
Lemah memohon ampun
Cinta kasih tertenun
Menodong kepatuhan abadi
Kontrak gaib Illahi!
3
Menghardik kebebasan
Menjadi mata-mata setan
Akal ikut membantu
Indera berdesakan menyerbu
Pengetahuan lahir dari rahim bisu
Letak pertanyaan, "Siapa aku?"
"Apa itu tuhan?"
"Kenapa aku dihidupkan?"
"Namun kenapa kelak dilenyapkan?"
Agama berdiri gagah
Menguasai panggung dengan pongah
Adat tercabut
Budaya terhasut
Kegelapan beransur pulih
Membabat letih!
4
Masa depan hanyalah kosa kata
Dieja tanpa rasa
Ditelanjangi bugilnya!
Sepah tercecap
Sumpah terucap!
"Aku tak sudi dikekang,
Tubuhku bayang,
Kepalaku kepayang,
Dan hatiku terbang!
Kepada jeruji besi
Bernama DIRI SENDIRI"
5
Hening terdengar
Senyap menggelegar
Inilah kiamat!
Kala punahnya kalimat
Jua lenyapnya umat!
Lalu rindu?
Adalah berhala-berhala baru
Umat-umat pagan yang dungu!
Disembah! melalui rumah ibadah
SEMESTA MAYA!
Berlayar kaca
Cerdas mewarta berita
Terampil mengirim suara
Lihai mempersempit dunia
Dan anehnya!
Mukjizatnya mengosongkan isi OTAK manusia!
6
Lantas? Rindu tak lagih sahih?
Rindu akan tetap sahih
Asalkan cintamu tak lekas kau sapih!
0 Komentar