RADAR (ROMANTIS DENGAN SYAIR) #1


Aku Separuh Senja

Kau mengharapkan apa dari secangkir kopi panas.
Warna hitam yang pekat?
Rasa manis yang mencekat?
Pahit yang mengikat?
Atau rindu yang sekian lama menjerat?

Kau mengharapkan apa dari hujan.
Genangan air yang memenuhi sudut ruang?
Atau kenangan yang kusimpan dalam diam?

Aku separuh senja yang rapuh
Sepasang bintang yang mengaduh
Lalu berubah menjadi seorang insan yang mudah mengeluh.
Kau tahu, mengapa?
Karantina ini membuatku merana
Tak bisa kuhirup wewangian tubuhmu yang semerbak
Social distancing membuatku hampir sinting
Dipenjara oleh rasa rindu yang teramat genting.
Aku bungkam di sudut ruang
Menantimu dalam diam.

Jadi, kau suka kopi atau hujan?
Aku lebih suka merinduimu sepanjang malam.

Sobo, 1 April 2020
Novi De



Rindu Terbalut Alam Yang Beda

Aku tak mungkin mempelajari ilmu quantum pada fisika
Untuk membuat mesin waktu dan kembali pada masa kita
Atas rinduku pada segenap  rasa yang tersisa
Pada rinduku yang meruang dan tak pernah menua

Rotasi waktupun tersisa hampa
Pada  rindu yang enggan mengampuniku
Pada kepergianmu yang membawa jiwa kecilku
Hingga tangisku terurai dalam ruang nestapa

Ketika purnama mulai bercengkrama dengan orang-orang kalah
Kalah akan  jeda kehidupan berbalut kematian
Namun menang pada kabar yang sering ku dengar
Malam jumat rohmu akan pulang

Jika benar, aku menunggumu di depan pintu
Dengan kopi hitam tanpa gula kesukaanmu
Rokok filter dan korek apimu yang bersekutu dengan debu
Oh ya, tentu pelengkap terakhirnya adalah senyumku

Rindu ini nyata, bukan hal fana
Setengah terungkap lewat kata
Sepertiga larut dalam air mata
Sisanya ku langitkan lewat doa

Ayah, aku menyayangimu
Sisanya biar lengan tuhan yang menjagamu di alam sana
Memelukmu di waktu kedinginan
Jua terpaan kesepian

Siti Aisyah



Debu Tak Menjeda Rindu

Rindu menggerutu,
mengomel tanpa tahu diri
Menyerbu bilik-bilik hati
Tanpa mengerti alamat merebahkan arti

O kasih,
adalah aku,
Debu

Mengais jamahan jelajahmu
mencium ujung sepatumu yang tak hirau kau pandang

Bergelut dengan sepoi angin yang badai
Mencoba melembut
menerpa wajah anggun dinginmu

O Kasih
Tiadakah kau coba sadari?
Ada yang selalu mengitarimu setiap sisi

Bercerminlah!
Lihatlah aku, temukan aku!

Selubung meraung sumringah, saat kau menangkap hadirku
Gembira menarikan jiwa
Kabar cinta telah kau terima

Sekejap,
makna debu kau buat kian merang-rang
Sungguh tiada kah kepantasan aku membersamaimu, kasih?

Kasih?

Kasih?

Ooo Kasih,
sungguh aku
Ialah debu

Pemilik rindu yang selalu puncak
Pemilik cinta yang selalu teriak
Pemilik buta dan tuli saat
deburan jiwamu,
mengusirku di bibir dermaga netra syahdumu

Aku,
debu yang tak pernah berhasil membawa pulang obat rindu

Jombang, 7 April 2020
00:44
Umi Hanifah



Rindu Senduku

Hadir, tidakmu
Tetes rinduku
Mengalir sayu
Senyum hening
Relung jiwaku

Ah, sudahlah
Sajak baru, kutahu
Shintamu tak lagi aku
Debar jantung
Bukan tatap parasku
Sebuah rasa
Sebait rindu
Sepenggal cinta
Palung asaku

Qoni’atuz Zakiyah




Antara Esa dan Tanya?

1
Lahirnya Esa
Merenggut hampa
Menjajah suaka
Berdiri sendiri dihadapan sepi
Menceraikan sunyi
Tibalah Dia
Dipangkuan doa
"Kuhadirkan Diriku! Didepan ciptaan-Ku"

2
Menerobos kabut pekat
Ladang menjamurnya Yang tak kasat
Gentayangan mengemis pelukan
Lewat pahala-pahala peribadatan!
Lemah memohon ampun
Cinta kasih tertenun
Menodong kepatuhan abadi
Kontrak gaib Illahi!

3
Menghardik kebebasan
Menjadi mata-mata setan
Akal ikut membantu
Indera berdesakan menyerbu
Pengetahuan lahir dari rahim bisu
Letak pertanyaan, "Siapa aku?"
"Apa itu tuhan?"
"Kenapa aku dihidupkan?"
"Namun kenapa kelak dilenyapkan?"
Agama berdiri gagah
Menguasai panggung dengan pongah
Adat tercabut
Budaya terhasut
Kegelapan beransur pulih
Membabat letih!

4
Masa depan hanyalah kosa kata
Dieja tanpa rasa
Ditelanjangi bugilnya!
Sepah tercecap
Sumpah terucap!
"Aku tak sudi dikekang,
Tubuhku bayang,
Kepalaku kepayang,
Dan hatiku terbang!
Kepada jeruji besi
Bernama DIRI SENDIRI"

5
Hening terdengar
Senyap menggelegar
Inilah kiamat!
Kala punahnya kalimat
Jua lenyapnya umat!
Lalu rindu?
Adalah berhala-berhala baru
Umat-umat pagan yang dungu!
Disembah! melalui rumah ibadah
SEMESTA MAYA!
Berlayar kaca
Cerdas mewarta berita
Terampil mengirim suara
Lihai mempersempit dunia
Dan anehnya!
Mukjizatnya mengosongkan isi OTAK manusia!

6
Lantas? Rindu tak lagih sahih?
Rindu akan tetap sahih
Asalkan cintamu tak lekas kau sapih!

7
AKU RINDUUUUUUUUU UUU UU U UUUU!
HALU! MATAMU!


Kamar, 3 April 2020.
Qowim Sabilillah

Posting Komentar

0 Komentar