Selamat datang Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Masa depan yang optimis menunggu kalian.

Penulis :
Galih Bayu Adam
Mahasiswa AFI angkatan 2019


Baru saja kita selesai melaksanakan Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan (PBAK) yang cukup menguras kuota internet, paling tidak kegiatan yang menunggu mahasiswa baru (MABA) selanjutnya adalah Malam Keakraban (MAKRAB) jurusan dalam pengertian dan istilah umum. Kegiatan yang secara bergantian akan digelar oleh setiap jurusan yang ada di Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD). Kegiatan ini memiliki penamaan yang beragam di setiap Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), istilah-istilah itu bisa jadi juga menjadi sebuah identitas dari satu jurusan tertentu. Secara teknis ada beberapa perbedaan, namun secara garis besar isi dari kegiatan ini relatif sama. Dalam program tahunan ini biasanya materi yang akan diberikan kepada MABA cenderung seputar dunia kampus pada umumnya, pengenalan jurusan masing-masing, program yang ditawarkan jurusan dan prospek kerja jurusan. Begitupun dengan jurusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) yang juga dalam waktu dekat akan melakukan MAKRAB atau yang teman-teman AFI namakan Forum Ta'aruf Virtual (FTV).

Sebaiknya sebelum lebih lanjut soal potensi jurusan secara akademis dan prospek dalam dunia kerja, ada baiknya kita berkenalan terlebih dahulu dengan jurusan ini sekaligus juga sebagai pengantar sebelum teman-teman melakukan MAKRAB. Pada dasarnya jurusan ini sangatlah misterius bagi setiap pelajar yang hidup di Indonesia khususnya pada tataran sekolah dasar, karena di jenjang sekolah dasar jarang sekali kita temui kata filsafat di dalam mata pelajaran yang ada atau bahkan malah tidak kita jumpai sama sekali. Untuk kata aqidah dan Islam mungkin seperti saya dan kebanyakan siswa lulusan Madrasah Tsanawiyah tidaklah begitu asing, apalagi bagi yang menghabiskan waktu tahunan di pondok untuk menimba ilmu pastilah sudah sangat akrab. Lalu apakah pengertian dari jurusan Aqidah dan Filsafat Islam? 

Jurusan AFI sendiri dalam kefakultasan masuk kedalam rumpun Ushuluddin, Bersama dengan Tasawuf Psikoterapi (TP) dan Ilmu Al Qur’an dan Tafsir (IAT), Ilmu Hadits(IH). Dalam Program Studi (PRODI) AFI secara kurikulum yang diajarkan di dalam kelas akan menitikberatkan pada kajian kefilsafatan, studi-studi pemikiran Islam dalam porsi yang lebih sedikit, mengkaji sejarah yang merujuk pada kelahiran filsafat, hingga masa keemasan (golden age) Islam. Kita juga akan menghabiskan waktu untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa, hingga studi kebudayaan dan pembahasan studi keislaman sampai hari ini. Hingga beberapa semester kedepan kita akan mempelajari kajian kebangsaan, kebudayaan lokal, kajian-kajian keagamaan dengan aspek sosio-kultural yang kental, hingga yang paling radikal terdapat mata kuliah filsafat agama dimana dalam mata kuliah tersebut kita akan diajak melihat ulang agama, mempertanyakannya kembali, hingga melihat kebenaran didalam agama itu sendiri.

Sebagai program studi, jurusan AFI memiliki faktor-faktor dan fasilitas  yang memadai untuk mendorong terciptanya mahasiswa yang mapan secara akademis. Selain di dalam kelas yang terdapat mata kuliah bersifat kritis, dinamis, inklusif dan radikal sebagai pisau analisa, teman-teman juga akan bersama-sama belajar dengan senior, dan didampingi kawan-kawan pengurus HMJ yang akan memfasilitasi dengan kajian berupa perdiskusian berkelanjutan. Dimana perdiskusian yang diselenggarakan bukan hanya secara kolektif saja melainkan juga formal berupa pelatihan-pelatihan yang akan menunjang terlahirnya mahasiswa  AFI yang mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan. Selain itu terdapat juga laboratorium jurusan bernama Institute of Javanese Islam Research (IJIR) yang disediakan oleh jurusan, dimana teman-teman dapat belajar menulis, mengkaji materi perkuliah hingga melakukan penelitian disana dan kemudian dipublikasikan sebagai hasil kerja penelitian. Terakhir, teman-teman AFI juga memiliki sebuah blog yang dikelola oleh HMJ Bernama buletin Verstehen, diambil dari bahasa Jerman yang berarti pemahaman.  Disanalah para mahasiswa AFI dari setiap angkatan yang secara berkelanjutan menyumbangkan karya pikiran.

Demikianlah potret jurusan kita, sampailah kita pada ujung euforia terkait jurusan yang sudah susah payah digapai atau bahkan biasa saja. Terkait perkuliahan yang sedemikian rupa pasti akan timbul pertanyaan disetiap benak mahasiswanya terkait prospek kerja kedepannya dari jurusan AFI. Dalam tulisan ini saya sendiri tidak berani memberikan contoh konkrit ikhwal prospek kerja yang tersedia, karena nyatanya memang tidak ada sependek yang saya ketahui. Namun tidak perlu berkecil hati terkait hal tersebut teman-teman dapat membaca pada kanal media sosial teman-teman, terkait profil lulusan filsafat di Indonesia dengan apa yang mereka geluti, prospek kerja yang tersedia dan potensi program yang dikembangkan jurusan sendiri, sekalipun itu tidak dapat menjamin akumulasi materi kekayaan. Hal ini lebih baik ada dari pada menganggur dan kiranya dapat dijadikan pantas-pantasan apapila ditanya orang tua do'i terkait jurusan dan prospek pekerjaan yang tersedia (*hal ini sering terjadi disemester tua).

Apabila dilihat dari segi materi perkuliahan saya kira prospek pekerjaan dari jurusan ini tidak menawarkan apapun selain menjadi pemikir. Lalu untuk apa menjadi pemikir? dimana kita hidup di negara yang setiap halnya ada tidak bisa jauh dari aktifitas percuanan. Terkait menjadi seorang pemikir dalam tanda kutip Juliah Benda dalam bukunya "Penghianatan Kaum Intelektual" memaparkan untuk apa seorang konseptual hadir : "...mereka yang aktifitas esensialnya tidak bertujuan mencari hal-hal praktis, mereka mencari kesenangan dari seni, sains, atau spekulasi-spekulasi metafisika...". Pendeknya, konsentrasi atau domain saya bukan di dunia itu. Bagian terakhir adalah premis yang diucapkan Yesus didepan pengadilan Pilatus. Bagi seorang praktis seperti yang demikian itu, dan yang akan kita hadapi dalam kondisi-kondisi kedepan kuliah kita jelas tidak dibutuhkan. Kondisi ini semakin diperunyam oleh digitalisasi yang semakin terakselerasi oleh pandemi Covid-19 yang  menambah beban pikiran “kalau lulus mau jadi apa?”.

Dalam jurnal The Future of Jobs Report yang terbit dibulan Oktober 2020 lalu melaporkan terkait kondisi masa depan pekerjaan manusia, dimana dalam beberapa tahun kedepan sebagian besar pekerjaan akan tergantikan oleh teknologi dan otomatisasi. Paling tidak pekerjaan yang akan digantikan adalah pekerjaan-pekerjaan non-esensil, repetitif, rutin dan manual. Berikut adalah beberapa data terkait pekerjaan di masa depan yang terancam akan tergantikan oleh teknologi dan otomatisasi.

   


Dalam laporan tersebut tercatat beberapa pekerjaan yang rentan mengalami penurunan permintaan pasar, dan di sisi lain di bagian kiri adalah beberapa pekerjaan yang dalam beberapa waktu kedepan akan mengalami peningkatan permintaan di beberapa sektor.

Bagaimana pun kondisi yang dinamis ini tidak dapat dipungkiri akan berpengaruh pada aktivitas manusia, termasuk juga pekerjaan akan sangat rentan tergantikan oleh teknologi. Kondisi tersebut mengharuskan setiap instrumen yang tersedia termasuk pendidikan dan sumber daya manusia harus terus relevan pada zamannya. Apabila hari ini jurusan lain menawarkan pendidikan yang menunjang pekerjaan praktis, maka mereka siap tidak siap akan merasakan hal yang sama yaitu tergantikan oleh teknologi. Lalu bagaimana dengan jurusan AFI yang sejak awal dijelaskan. Pada jurnal yang sama mencatat bahwa paling tidak pada 2025 mendatang ada beberapa skill dan pekerjaan yang sangat dibutuhkan.

 


Catatan ini membawa angin segar bagi kita mahasiswa AFI bahwa kenyataanya secara formal mahasiswa AFI dididik untuk menjadi kritis, analitis, kreatif dan sebagai pembelajaran seumur hidup. Pemaparan yang ada didalam tulisan ini hanyalah sebuah catatan kecil dari proses pembelajaran yang dapat kita maksimalkan sebagai mahasiswa AFI dimana setiap hal yang tersedia didalam jurusan ini dapat dijadikan batu pijakan untuk melangkah optimis. Demikian adalah beberapa pengantar terkait profil jurusan kita ini, Selebihnya silakan tapaki jalan berbatu dan berlumpur bernama jalan filsafat, sampai bertemu di forum diskusi. Salam hangat.


Referensi

https://www.weforum.org/reports/the-future-of-jobs-report-2020/digest