Sakiyatun Nada [] Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Semester II;
IAIN Tulungagung [] Staf Verstehen Organic Philosophy
Cinta adalah seni yang membutuhkan pengetahuan serta latihan. Esensi dari
cinta adalah kreativotas dalam diri yang bukan hanya sekedar memberi
melainkan juga menerima. Begitulah ungkapan cinta menurut Erich Fromm.
Cinta dalam perspektif Erich Fromm
Erich Fromm (1900-1980) adalah seorang psikolog sosial, sosiologi, humanis
dan filsuf berkebangsaan Jerman yang memandang bahwa cinta itu seperti
seni. Oleh karena itu, harus paham apa itu cinta dan harus
mempraktikkannya. Jadi urusan cinta bukan apa yang dicintai tapi bagaimana
mencintai. Untuk menjadi pribadi yang mencintai fokuslah pada bagaimana
cara mencintai yang baik, bukan apa yang kita cintai kata Erich Fromm.
Erich Fromm menyatakan sebuah rasa cinta itu dalam beberapa unsur. Pertama,
Perhatian. Unsur perhatian dalam esensi cinta akan terwujudkan dalam bentuk
perhatian aktif pada kehidupan orang yang kita cintai. Praktek tersebut
digambarkan oleh perhatian yang bisa di bilang amat tulus; perhatian
seorang ibu terhadap anaknya.
Kedua, tanggung jawab. Kemudian, esensi cinta juga harus diwujudkan dalam
bentuk tanggung jawab. Hal ini dilakukan atas dasar keinginannya sendiri
atau sepenuhnya; sukarela. Artinya suka sama suka dan mau menjaga komitmen
berdua.
Ketiga, rasa hormat. Di sini rasa hormat bukan hanya soal satu definisi
seperti rasa takut. Namun rasa hormat adalah kemampuan seseorang untuk
melihat orang yang dia cintai dengan sebagaimana adanya, tanpa harus
menuntut sebuah kesempurnaan.
Unsur terakhir, pengetahuan yang menunjukkan satu aspek cinta adalah
pengetahuan itu sendiri. Bersifat internal, namun mengapa pengetahuan?
karena dalam sebuah cinta tanpa pengetahuan tidaklah akan tercipta ketiga
unsur di atas. Mengapa demikian? Karena tanpa sebuah pengetahuan saat
seseorang mencintai lawan jenisnya. Jika mereka belum tahu benar praktiknya
maka mereka akan mengalami kesulitan bahkan akan gagal (Fromm, 2005:14).
Selanjutnya, cinta itu akan menimbulkan serangkaian konsekuensi. Ketika
seseorang telah menyatakan cinta dan berkomitmen dengan cinta, maka segala
tingkah lakunya akan berjalan di jalur cinta tersebut. Bukankah seorang
pecinta akan berusaha untuk menghadirkan kesamaan dengan yang dicintainya,
sehingga yang dicintai itu menjadi ridha kepada-Nya.
Maka, selain cinta terhadap sesama Erich Fromm, mengungkapkan bahwa masih
ada cinta yang lebih besar dan luas, seperti halnya alam dan jagat raya.
Cinta itu adalah cinta kepada dzat Agung yang telah menciptakan objek-objek
cinta tersebut, yakni ALLAH SWT.
Cinta merupakan sesuatu yang baik yang mewarisi semua sifat kebaikan,
perasaan, belas kasih dan sayang. Menurut penulis cinta itu adalah soal
memberi suatu hal dengan tulus kepada siapapun dan apapun. Sedangkan
memberi sekaligus menerima suatu hal yang tulus menurut merupakan cinta
sejati.
Cinta sejati adalah cinta yang tidak pernah mengharap untuk dibalas. Cinta
sejati hanya memberi walau tanpa menerima. Cinta sejati bisa terluka, tapi
tidak kuasa memberikan luka. Oleh sebab itu, cinta memegang peranan yang
penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam
kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan
erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab.
Di dalam buku Erich Fromm, Seni Mencintai (The Art of Loving). Buku ini
ingin memperlihatkan bahwa cinta bukanlah suatu perasaan yang dapat dengan
mudah dinikmati siapa saja, terlepas dari tingkat kedewasaan yang telah
dicapainya. Buku ini ingin meyakinkan pembaca bahwa segala upayanya untuk
cinta pasti gagal, kecuali jika dia berusaha keras mengembangkan
kepribadian total, untuk meraih suatu orientasi produktif; kepuasan dalam
cinta individu tak dapat diperoleh tanpa adanya kapasitas untuk mencintai
sesamanya, tanpa kerendahan hati, keberanian, keyakinan, dan disiplin yang
nyata mewujud pada perkawinan (Erich Fromm, 1956).
Menurut saya dalam buku Erich Fromm (Seni Mencintai) cukup membuka fikiran
saya tentang arti cinta yang sesungguhnya setelah saya membacanya. Di dalam
bukunya beliau sangat lugas menjelaskan tentang cinta. Sehingga membawa
pikiran saya kedunia yang berbeda dengan pemaknaan cinta yang selama ini
saya ketahui. Buku ini cocok untuk semua kalangan terutama para pemuda dan
pemudi yang sedang jatuh cinta.
Lalu seperti apa wujud cinta dalam kehidupan ini? Menurut Erich Fromm,
cinta adalah sebuah perasaan yang memiliki kekuatan yang maha dasyat.
Kekuatan cinta mampu membuat orang rela mengorbankan apa saja untuk kekasih
atau orang yang dicintainya untuk membangun masa depan berdua (Paulus
Subiyanto, 2012:86).
Jadi wujud dari cinta dalam kehidupan ini adalah sebuah pernikahan.
Pernikahan adalah wujud dari hubungan yang dihasilkan oleh cinta erotis.
Cinta ini teramat rumit, selain membutuhkan rasa yang sama, kerap kali juga
membutuhkan pemikiran yang sama. Namun, pada intinya cinta dan pernikahan
memang membutuhkan perjuangan yang kuat. Cinta yang dianggap sebagai elemen
penting dalam kehidupan pernikahan bisa menjadikan sebuah pernikahan
langgeng dan bahagia. Sebagaimana juga pendapat Erich Fromm, faktor penting
dalam cinta adalah kehendak, kemauan, atau komitmen diri. Dengan siapa saja
kita menikah sebenarnya tidaklah terlalu bermasalah. Yang penting adalah
komitmen diri untuk mencintai, untuk menjaga keberlangsungan cinta
(pernikahan).
Terakhir, saya ingin mengutip salah satu Quote kece beliau.
“Cinta adalah tindakan keyakinan dan siapa pun yang kecil keyakinannya,
kecil juga cintanya” Erich Fromm.
0 Komentar