Selayang Pandang Monisme di Kota Miletus

Oleh Miftahul Rohman [] Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam; IAIN Tulungagung [] Staf Verstehen Organic Philosophy

Yunani disebut-disebut sebagai Negeri pertama peletak dasar filsafat. Alasannya kurang lebih dikarenakan dua hal. Pertama, di wilayah inilah kegiatan pencatatan sejarah pengetahuan bisa dilacak, sekalipun hampir kebanyakan catatan pada filsuf periode awal hanya berupa fragmen-fragmen dan catatan kaki para filosof sesudahnya. Kedua, dari pencataan tersebut, secara konten memuat seluk-beluk tentang peradaban yang mana tuk kali pertama sebuah mitos dipertentangkan dengan logos.

Mitos memanglah sebuah pengetahuan yang terangkai secara sistematis. Namun, para filsuf yang sedang dibahas ini, merupakan para tokoh awal yang mengawali pertanyaan substansial tentang apa hakikat sesuatu. Di sini, kita sering menyebut pertanyaan itu biasa digunakan dalam dimensi ontologis. Ia merupakan cabang filsafat yang berusaha menjawab persoalan mengenai hakikat sesuatu.

Hemat kata, di zaman dahulu, segala persoalan bisa ditemukan jawabannya melalui mitos. Berbagai fenomena alam hingga konsep tentang kosmogonis maupun kosmologi dikaitkan dengan keberadaan para dewa. Jawaban semacam itu tidak memuaskan para tokoh yang akan didiskusikan di sini. Setidaknya kita akan menjumpai tiga filsuf terkemuka di kurun abad ke 6 SM yaitu, Thales, Anaximandros, Anaximenes.

Ketiga filsuf itu memiliki kesamaan dalam sudut pandang. Dalam hal ini, ketiganya berusaha menyelidiki prinsip alam semesta (arche). Lebih lanjut, dalam hal ini ketiganya memiliki sebuah kesamaan bahwa prinsip dasar alam semesta itu hanyalah satu unsur, inilah yang disebut dengan monisme. 

Meskipun ketiganya tidak sepakat dalam menentukan satu unsur dasar pembentuk kosmos, setidaknya temuan mereka itulah yang justru menarik perhatian karena akal budi manusia bisa difungsikan dan membuka seluas-luasnya ruang diskusi. Dalam daripada itu semua, kelahiran ketiga filsuf itu telah mengawali lahirnya cara berpikir yang rasional, tidak tunduk pada mitos yang mengakar kuat di masyarakat pada zaman itu.

Posting Komentar

0 Komentar