The Pioneers of Empiricism

Ariski Titis Ainun Nisai || Mahasiswa AFI Semester 4 || Bendahara II HMJ AFI



Jum’at, 13 Maret 2020 Himpunan Mahasiswa Jurusan Aqidah Filsafat Islam (HMJ AFI) telah melaksanakan kegiatan diskusi rutin mingguan yang dinamakan SKAF (Study Club Aqidah Filsafat). Pada pertemuan kali ini HMJ AFI beserta anggota mengangkat tema “The Pioneers of Empiricism”. Pemantik berasal dari mahasiswa aqidah filsafat islam semester 4, yakni Edy Surono dan dimoderatori oleh Nur Kholida.

Memasuki pembahasan, Edy Surono mengatakan bahwa empirisme ini tercipta atau terbentuk karena adanya gugatan pemikiran-pemikiran rasio. Empirisme adalah paham filsafat yang berangkat dari sebuah anggapan bahwa pengetahuan yang sahih harus bersumber dari pengalaman. Ada 4 tokoh dalam aliran ini, tokoh pertama ialah Thomas Hobbes, John Locke, George Berkeley, dan David Hume.

Metode pemikiran tokoh pertama, yakni Thomas Hobbes (1588-1679). Pemikiran Hobbes mengenai social contract, yakni perjanjian bersama, perjanjian masyarakat dan kontrak sosial. Perjanjian ini mengakibatkan manusia-manusia yang bersangkutan menyerahkan segenap kekuatan dan kekuasaannya. asing-masing kepada seseorang atau pada majelis Gerombolan.  Orang-orang yang berjanji itu pun menjadi satu danini bernama Commonwealth atau Civitas.

Menurut Hobbes, isi perjanjian bersama itu mengandung dua segi, pertama, perjanjian antarsesama sekutu dan kedua perjanjian menyerahkan hak dan kekuasaan masing-masing kepada seseorang atau majelis secara mutlak. Hobbes mengatakan bahwa penguasa dapat berupa majelis. Namun ia lebih suka melihatnya berada di tangan satu orang. Hal ini karena seseorang akan dapat terus berpegang pada satu kebijakan dan tidak berubah-ubah oleh bayanyaknya pemikiran seperti dalam majelis. Walaupun menurutnya kekuasaan bersifat mutlak, tetapi ada beberapa hal yang membolehkan rakyat untuk menentangnya.

Tokoh yang kedua, John Locke (1632-1704) dengan hasil pemikiran yang menjelaskan bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuan. Menurut Locke seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Ini adalah teori empirisme dimana pada masanya ia menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meski demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh pengetahuan.

Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami suatu hal, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi. Rasio tersebut ,asih kosong yang diibaratkan seperti sebuah kertas putih (tabula rasa). Kemudian rasio akan diisi oleh pengalaman yang dijalani manusia. Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan. Sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.

Pengalaman manusia menurut Locke dibedakan menjadi dua macam, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection). Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi, yaitu segala aktivitas material selalu berhubungan dengan panca indra manusia. Sedangkan pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri. Ini dengan cara mengingat, menghendaki, meyakini dan sebagainya.

Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan yang disebut pandangan – pandangan sederhana. Seperti pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh mata dan bunyi diterima oleh telinga. Kemudian ada pandangan yang diterima oleh beberapa indra, seperti ruang dan gerak. Ada juga pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, yaitu ingatan. Hingga pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan dan refleksi, seperti rasa tertarik, rasa heran, dan waktu.

Tokoh ketiga, George Barkeley (1685-1753) yang pandangan filsafatnya tentang pengenalan. Menurutnya, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subjek yang mengamati dan objek yang diamati. Justru, pengalaman terjadi karena ada hubungan pengamatan antara pengamatan indra yang satu dengan pengamatan indra yang lain. Misalnya, jika seseorang mengamati meja, hal itu karena ada hubungan antara indra penglihat dengan indra peraba.

Indra penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan bentuk meja didapat dari indra peraba. Kedua indra tersebut  tidak menunjukkan jarak antara meja dengan orang itu. Sebab pengenalan jarak dilakukan oleh indra lain yang diikuti pengalaman. Sehingga, bagi Berkeley pengenalan hanya terhadap melalui sesuatu yang kongkret.

Tokoh keempat yaitu David Hume yang merupakan puncak dari aliran Empirisme.  Baginya, pengalaman sumber pengetahuan, baik pengalaman intern maupun ekstern. Hume mengatakan bahwa semua pengetahuan dimulai dari pengalaman indra sebagai dasar. Ia memiliki pemikiran mengenai impression yang sama dengan sensasional milik John Lock, yaitu basis pengetahuan.

Bagi Hume, semua persepsi mengenai jiwa manusia terbentuk dari dua alat yang berbeda yaitu impression dan idea. Impression atau kesan adalah hasil dari pengalaman langsung baik secara internal maupun eksternal, yang terukir dalam jiwa dengan semangat tinggi. Sedangkan idea adalah gambaran kabur tentang persepsi yang masuk ke dalam pikiran.

Apabila penjelasan beberapa tokoh di atas dikerucutkan, sebenarnya empirisme adalah aliran filsafat yang meyakini bahwa pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman didapat melalui hasil kerja alat indera manusia. Sehingga, alat indra manusia menjadi instrumen terpenting dalam mengahasilkan ilmu pengetahuan bagi aliran ini.

Posting Komentar

0 Komentar