Karya: Muchammad Machrus Zaman
Managemen Dakwah, IAIN Tulungagung


Pada waktu itu, ada seorang kakek tua yang setiap harinya bergelud dengan panasnya terik matahari, beceknya lumpur di sawah mengadu pada Kepala Desa. Saat yang jarang sekali dilakukan, karena ini sudah menjadi keadaan yang sangat genting, kakek tua ini butuh pasokan untuk bertahan hidup besereta putrinya. Kemudian sang kakek bergegas menuju rumah Kepala Desa. Saat menumuinya, sang kakek mengatakan “saya mempunyai putri yang pandai memintal jerami menjadi harta”

Dengan sangat tenangnya Kepala Desa ini menjawab “Sungguh bakat yang hebat, jika putrimu itu sehebat yang engkau katakan, maka besok bawa dia kemari dan akan aku uji sendiri kemampuannya.” Setelah berbincang dengan Kepala Desa itu, kakek kembali pulang untuk memberi tahukan bahwa besok putrinya akan dibawa ke rumah Kepala Desa. Sontak kaget, mendengar ayahnya seperti itu, yang bilang putrinya pandai memintal jerami dan akan menjadikan harta.

Keesokan harinya, sang kakek membwa putrinya kehadapan Kepala Desa. Dan tidak lama, putrinya dibawa ke ruangan yang penuh dengan jerami, Kepala Desa berkata “segera pintal semua jerami ini, dan jadikan harta jika tidak, besok kau akan mendapatkan hukuman.” Mendengar perintah dari Kepala Desa, dia tak tau mau berbuat apa. Bingung dengan keadaan yang terjadi saat ini. Dia mulai putus asa dan menangis di sudut ruangan dan memikirkan apa yang harus dia lakukan.

Tidak lama kemudia, pintu ruangan pun terbuka, dan datang seseorang berpakaian serba putih, wajahnya bersinar hingga tak terlihat bentuk mukanya. Seseorang ini menghampirinya dan berkata “Assalamualaikum, Puti pemintal jerami. Lantas kenapa Puti menangis”

“Malangnya nasibku.” Sahutnya “Aku harus memintal jerami menjadi harta, dan aku bingung bagaimana caranya.”

“Jika aku membantumu...apakah kau mau..?”

“Apa yang akan engkau lakukan.” Seduh sedih sambil meneteskan air mata.

“Apa yang dapat kau persembahkan padaku jika aku berhasil memintal jerami ini menjadi harta.” Tanya seseorang ini.

“Akan ku berikan kalung pemberian dari ibuku ini.” Jawabnya.

Kemudian seseorang ini mengambil kalung dari Puti dan mulai memintal jerami secara satu persatu. Dan peristiwa yang tak terduga pun teradi, jerami yang terpintal satu persatu itu menjadi harta. Dilakukannya terus menurus hingga semua jerami itu habis terpintal dan semua menjadi harta. Selama satu malam penuh, Puti itu hanya melihat dan tak yakin dan mustahil bisa terjadi, sekumpulan jerami bisa menjadi sekumpulan harta. Setelah itu semua terjadi, seseorang ini kembali meninggalkan Puti itu sendirian.

Saat fajar mulai menunjukkan keindahannya, Kepala Desa mendatangi Puti dan melihat di dalam ruangan itu terdapat sekumpulan harta. Dengan banyaknya harta ini, membuat Kepala Desa timbul rasa serakah. Kemudian Puti itu dibawa ke tempat lain yang berisi jerami lebih banyak. Lalu Kepala itu berkata kepada Puti kakek tua ini “Pintallah seluruh jerami ini dalam satu malam dan jadikannya harta, jika kau masih menyayangi nyawamu.”

Sontak Puti ini kembali kebingungan dan merasa putus asa dengan kondisi yang dia hadapinya. Kemudian raja pun pergi meninggalkan Puti itu sendirian. Tak lama kemudian, seseorang membuka pintu ruangan dan bertanya seseorang yang sama, memakai pakaian serba putih dan wajahnya sangat bersinar, hingga tak lerlihat bentuk mukanya. Kemudian seseorang ini bertanya kepada Puti. “Assalamualaikum.” Dia tetap diam dan tak menjawab salamnya.

“Apa yang akan kamu berikan kepadaku jika aku memintal seluruh jerami ini menjadi harta.” Tanya seseorang ini.

“Cincin di jariku” jawabnya.

Seseorang ini mengambil cicin dari jarinya dan mulai memintal jerami yang ada di ruangan ini. Keesokan harinya, terkumpullah harta yang cukup banyak mulai dari emas, perak, intan berlian berkumpul menjadi satu di ruangan tersebut.

Melihat pemandangan yang tak biasa, Kepala Desa ini merasa sangat gembira tak terhitung. Namun, tetap saja Kepala ini masih merasa kurang, kurang dan kurang. Karena manusia dasarnya memiliki sifat seperti hewan. Jika sudah mendapatkan yang dia inginkan maka akan terus memintal dan memintal, hingga lupa semua yang ada di muka bumi ini hanyalah sebuah titipan yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.

Kemudian Kepala Desa ini membawa Puti ke tempat yang lain, di ruangan yang lain, dan di dalamnya masih sama, dengan sekumpulan jerami yang lebih banyak dari pada sebelumnya.  “Pintal semua jerami di sini dalam waktu satu malam. Kali ini, jika kau berhasil melakukannya, akan kujadikan kau istriku.” “Walaupun dia hanyalah seorang putri pemintal jerami,” batin seorang Kepala ini, “aku tidak akan pernah menemukan istri yang lebih kaya darinya di dunia ini.”

Lantas, putri kakek ini tidak merasa gembira jika dia akan dijadikan istri seorang Kepala Desa. Dia semakin merasa sedih dan kebingungan, apa yang harus dia perbuat, dia berfikir bahwa tidak akan datang lagi seseorang ini ketiga kalinya. Dia menangis tak henti-henti, lalu tak lama kemudian, ada yang membuka pintu. Ternyata sama, seorang berpakaian serba putih dan wajahnya sangat bersinar hingga tak terlihat bentuk mukanya, datang menghampiri

Assalamualaikum” dan bertanya.

“Apa yang akan kau berikan padaku, jika aku memintal semua jerami ini untukmu”

“Tidak ada lagi yang aku berikan kepadamu” sahut putri kakek itu.

“Kalau begitu berjanjilah, jika aku bisa memintal semua jerami ini menjadi harta, kau akan mengikuti ajaranku. Yang selama ini aku mengucapkan salam tetapi kau tidak menjawabnya”

Dengan cepetnya Puti ini menyetujui tawaran dari seseorang ini. Kemudian dipintallah semua jerami yang ada di ruangan itu. Dalam satu malam, semua jerami berubah menjadi sekumpulan harta yang sangat melimpah. Pagi-pagi sekali, Kepala Desa itu mendatangi Puti dan melihat sekumpulan harta yang melimpah, sontak Kepala Desa ini tidak mengingkari janjinya. Jika Puti ini bisa menjadikan semua jerami menjadi harta dalam satu malam maka dia akan menikahinya.

Kemudian Kepala Desa ini menikahi seorang putri kakek tua seorang pemintal jerami. Setelah pernikahan terjadi. Malam harinya Puti sedang tidur diranjang sendirian. lalu ada yang membuka pintu, dan ternyata seseorang yang dulu pernah membantu dia saat disuruh memintal jerami menjadi harta. Tetap sama, memakai baju serba putih dan wajahnya tetap bersinar, hingga tak terlihat sama sekali mukanya dan menghampiri Puti itu.

Assalamualaikum, bagaimana kabarmu ?” tanya orang misterius ini.

“Baik, kenapa kau setiap kali bertemu denganku selalu mengucapkan kata-kata itu ?” tanya Puti itu.

“Dulu kau pernah berjanji, jika aku bisa memintal semua jerami ini kau akan mengikuti ajaranku.”

“Ya aku masih ingat itu”

“Itulah yang dinamakan ajaran Islam, ajaran yang menyempurnakan ajaran-ajaran terdahulu. Ajaran Islam meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan maha satu, maha kuasa dan tidak ada tuhan selain dirinya. Meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusannya yang membawa ajaran Islam di masa Jahiliah, menuju zaman yang cerah penuh dengan rahmat (zaman Islamiyyah) ini. Itulah ajaran yang aku percayai dan semua yang aku lakukan yang merubah jerami menjadi harta itu bukan karen aku menguasai ilmu-ilmu ghaib melainkan itu karena kuasa Allah SWT dan keselamatanmu itu pun juga karena-Nya.” Penjelasan panjang tentang ajaran yang seseorang ini yakini kepada Puti tersebut.

Menagislah Puti ini, karena dia baru saja mengetahui bahwa yang menyelamatkannya dari maut adalah Tuhan yang tidak dia kenal, dia pun ingin lebih mengenal siapa Tuhan yang baik, Tuhan yang tidak ada tandingannya dan tidak ada Tuhan selain-Nya.

Kemudian seorang misterius ini melanjutkan perkatannya “ikuti perkataanku”

“Aku akan mengikuti semua perkataanmu”Jawab Puti itu.

Asyhadu

Asyhadu

Al la ila ha

Al la ila ha

Illa allah

Ilah allah

Wa asyhadu

Wa asyhadu

An na

An na

Muhammad Rasulullah

Muhammad Rasulullah

Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat ini, Puti semakin menangis. Menangis bukan karena sakit, bukan karena sedih, menagis karena terharu dengan datangnya ketenangan ini. Kemudian seseorang ini menjelakan bahwa “Yang kamu yakini ini adalah agama Islam” dan menjelaskan bahwa terdapat rukun Islam, Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji bagi yang mampu.

Kemudian seseorang ini pergi dan tidak pernah kembali lagi. putri kakek tua ini, menyebarkan ajarannya, mula-mula di suaminya tak lain adalah Kepala Desa itu. setelah lama mendengarkan penjelasan dari Puti ini, Kepala Desa ikut meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar.

Pemimpin Desa juga ikut membantu Puti untuk menyebarkan keyakinannya ini. Masyarakat Desa yang mulanya menolak, lama-lama bisa yakin karena perbuatan yang dicontohkan oleh kedua suami istri ini sangatlah santun, baik dan menghargai orang lain. Tak lama, berita kakek tua (Ayah dari istri Kepala Desa) itu pun sudah meninggal karena terkena penyakit.

Lantas Puti menjenguk orang tuanya itu. dan meyakinkan pada dirinya “Aku akan berusaha menjadi lebih baik untukmu ayah” batinnya. Meskipun sang ayah telah memerlakukannya tidak baik, tetaplah putrinya masih menganggap dirinya sebagai ayah yang baik pula.

Satu tahun berjalan, Puti sudah memiliki anak dari Kepala Desa itu. Kepala Desa yang juga tak muda lagi, dia juga merasakan sakit-sakitan. Semakin besar anaknya semakin tua pula orang tuanya. Genap satu tahun usia anaknya, Kepala Desa pun mati.

Semua harta warisan yang dimilikinya dulu pun kini menjadi milik Puti dan anak laki-lakinya. Semakin dewasa anak laki-lakinya, diceritakan tentang seseorang yang berpakaian serba putih itu dan wajahnya sangat bersinar hingga tak terlihat mukanya. Sang anak pun kagum dengan cerita ibunya.

Usia anaknya pun sudah beranjak dewasa.

“Ibu..Aku ingin mencari Orang yang pernah menolong ibu dulu”

“Kenapa kau ingin mencarinya..”

“Aku ingin mengucapkan terimakasih dan menjadikan ayah baru untuk Ibu juga”

“Kau ini bercanda...sudah beberapa tahun ini, dia tak pernah muncul dikehidupan ibu”

“Aku akan mencarinya bu, aku akan mengembara disetiap pulau, desa yang ada”

“Kau yakin...”

“Yakin”

“Itu keputusanmu....maka pergilah”

Setelah mendapat ijin dari ibunya, anak ini pergi mengembara. Ibunya yang merasa kawatir, mengirim dua penjaga untuk menemaninya mengembara. Tak lama kemudian, Puti ini mulai merasa sakit-sakitan. Memikirkan anaknya yang tak kunjung pulang. Semakin lama Puti menunggu anaknya pulang. Dua tahun lamanya, dan pulang lah anak itu. setelah pulang matilah Puti si anak kakek tua tukang pemintal jerami (Ibu).