Penulis oleh :
Yudha Ahmada
Mahasiswa AFI Angkatan 2017

Stoicism adalah aliran filosofi yang didirikan oleh Zeno of Citium pada zaman yunani kuno saat periode Helenistik. Periode ini ditandai pada saat kemaian Alexander The Greed yang telah mulai menguasai kekuasaan kerajaan romawi.

Filosofi ini masih populer pada masanya sampai zaman sekarang. Bisa dikatakan populer karena filosofi ini sangat relevan untuk digunakan semua orang dan juga tidak ketinggalan zaman atau berlawanan dengan ideologi lain. Ya filosofi ini bisa dibilang cenderung tidak berlawanan dengan kebanyakan aliran agama atau ideologi-ideologi lainnya.

 Ini bisa sangat jadi populer karena terdapat tiga tokoh keren banget yang membesarkan nama Stoicism jadi kayak sekarang. Nah siapa saja? ketiga orang itu adalah Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Ketiganya bergerak di bidang yang berbeda-beda sesuai dengan jalan hidup dan keahliannya masing-masing.

Kita mulai dengan Marcus Aurelius, Dia adalah orang terkuat pada masa itu dan juga kaisar besar kerajaan romawi atau bisa dibilang raja paling tinggi pada kekaisaran romawi. Kalau Seneca adalah penasihat kaisar romawi atau mungkin bisa dibidang pejabat politik di Roma gitu. Dia juga pernah menjadi senator bagi kekaisaran roma. Sementara Epictetus adalah seorang budak yang tersiksa sepanjang hidupnya sampai diasingkan dan akhirnya Dia sampai mengajari filosofi Stoicism ke masyarakat disana.

Nah bidangnya kan berdeda-beda, melalui tiga orang inilah-menurut gue yang membuat filosofi ini relevan bagi semua kalangan. Ibaratnya kalau kamu miskin, kaya, bijak, Stoicism jelas sangat membantu kamu. Jadi bisa dibilang ajaran filosifi ini tidak memiliki batasan tertentu bagi penganutnya, karena semua kalangan bisa menerapkan jalan hidup Stoic.

Kalau di zaman sekarang filosofi ini sudah mulai dipopulerkan menjadi filosofi mainstream oleh banyak kepala. Sebut saja Ryn Holiday atau di Indonesia mungkin kamu sudah kenal Henry Manampiring yang menulis buku Filosofi Teras. Ya buku itu sebetulnya membahas ajaran filosofi Stoicism yang penulis translate ke dalam bahasa Indonesia sebagai Filosofi Teras.

Tulisan ini sebenarnya tidak akan mereview atau membahas buku tersebut, karena gue sendiri sebetulnya belum membaca keseluruhan isi bukunya, cuma beberapa halaman doang yang gue baca. Nah makanya di tulisan ini, gue bakal membahas filosofi Stoicism secara umum saja dari pengetahuan yang udah gue miliki.

Kalau berbicara mengenai Stoicism secara singkat, hal ini sebenarnya mencakup empat hal penting. Pertama, bahwa Tuhan (dalam bentuk apapun itu) akan selalu memberikan perhatian pada seluruh mahluk hidup dan benda yang ada di dunia. Kedua, bahwa hidup yang penuh dengan kebijaksanaan atau kebajikan, itu penting untuk kebahagian kita sebagai mahkluk hidup. Ketiga, bahwa alam semesta itu bekerja dalam harmoni dan hidup sesuai harmoni alam semesta adalah hal yang sangat penting. Lalu yang terakhir menurut gue paling penting adalah, bahwa semua hal yang terjadi itu pasti ada alasannya. Semua hal baik atau buruk pasti sudah diatur oleh satu kekuatan yang besar. Jadi kita sebagai mahkluk hidup tidak perlu ribet ikut campur pada hal yang sudah, sedang, atau akan terjadi.

Poin keempat ini menurut gue tombak utama dalam filosofi Stoicism. Meskipun seperti demikian, mempercayai bahwa semua hal pasti ada alasanya tentu tidak cukup, kalau begitu terus apa bedanya aliran Stoic dengan oknum-oknum agama yang kadang melakukan hal buruk ke sesama manusia? Apa bedanya dengan okmun-oknum agama yang tidak melakukan hal baik? Oleh karena itu ada tiga poin sebelumnya yang melengkapi poin ke empat. 

Contohnya poin kedua yang menyatakan bahwa hidup penuh dengan kebijaksanaan adalah hal paling penting. Ngomong-ngomong tentang kebijaksanaan, emang yang kayak gimana sih? Apa yang dimaksud dengan kebijaksaaan dalam konsep hidup Stoic?

Gini-gini sesuai dengan poin ketiga juga bahwa alam semesta itu bekerja dengan harmoni, maka sebagai manusia kita juga harus bertindak seperti harmoni alam semesta. Jadi dengan kata lain kita itu harus menjadi manusia yang harmonis dengan alam semesta. 

Nah terus bagaimana bertindak harmonis dengan alam semesta?

Sebelum kesana kita harus tahu terlebih dahulu apa yang membedakan manusia dengan spesies lain. Kalau kata salah satu tokoh filosofi Stoic, yang membedakan kita dengan mahkluk hidup lain adalah pemikiran rasional atau bahasa awamnya kita itu memiliki akal dan mahkhuk hidup lain tidak memilikinya itu kata Secsus Empericus.

Singkat kata untuk bertindak secara harmonis dengan alam semesta yang harus dilakukan oleh manusia adalah dengan menggunakan akalnya atau pemikiran rasionalnya. Maksudnya bagaimana?

Contohnya gini, kalau kita mendapati musibah misal dijalan ban motor bocor, gimana sih orang rasional akan bertindak? 

Orang rasional tentu tidak akan mengeluh, tidak bakalan marah-marah atau sedih mereka tahu bahwa tingkah laku seperti itu adalah tingkah laku irasional yang mengandalkan emosi doang, dan tidak menggunakan akal, tidak berguna gitu.

Orang rasional mungkin akan berpikir dan mengevaluasi, kenapa sih dia bisa mendapati ban bocor? Apakah karena jalanan berbatu? Atau karena ban kempes? Atau karena ada paku di jalan? Intinya orang ini akan berusaha terlebih dahulu untuk berpikir dengan matang dan mungkin juga mencari jalan solusi tanpa menyesalkan keadaan yang terjadi.

Kalapun ban motornya beneran bocor dan tidak bisa menemukan tambal ban, orang yang bener-bener rasional pastinya tidak bakalan kesel, tidak bakalan marah, dan sedih. Orang ini justru malah bersyukur karena Dia diberikan nasib yang baik, toh masih hidup gitu masih bisa makan dan memiliki tempat tinggal. 

Epictetus saja disiksa sebagai budak selama bertahun-tahun tapi dia masih tetap bisa mengunakan filosofi Stoic, kalau kamu orang rasional cuma ban bocor doang di jalan pastinya akan lebih bersyukur. 

Kenapa begitu? 

Ya bersyukur kepada nasib yang Dia dapatkan saat ini bisa dijadikan pelajaran untuk pengalaman selanjutnya, dan juga orang rasional bakalan bersyukur. Sebetulnya secara statistik probabilitas bagi dia untuk terkena kecelakaan di jalan, terkena penyakit, dan hal-hal buruk lainnya itu sebenarnya cukup tinggi.

Orang rasional tidak akan terlalu peduli kalau ban motornya bocor, toh kalau dipikir-pikir secara rasional kita hanyalah salah satu mahkluk hidup yang hoki, kebetulan juga bertempat hidup di bumi ditengah miliaran bintang dan berbagai planet lainnya yang ada di alam semesta. Untuk hidup saja, manusia sudah hoki, kenapa kita harus kesal karena hal tidak begitu penting seperti ban bocor yang sebetulnya masih kita bisa cari solusi mengatasinya.

Nah ini merupakan contoh kecil bagi orang yang menjalankan prinsip hidup filosofi Stoicism. Jangan salah, meskipun orang yang Stoic banget itu percaya sama takdir dan rencana besar Tuhan bukan berarti orang Stoic itu tidak rasional. Justru orang yang Stoic adalah orang yang sangat rasional dan bisa mengontrol emosi yang Dia alami dan persepsi terhadap kejadian apapun yang menimpa kehidupannya.

Sekeren itulah filosofi Stoicism menurut gue, makanya tidak heran sekarang trend terhadap Stoicism mulai menigkat, wajar saja karena ini adalah pandangan hidup yang keren banget dan menurut gue pandangan hidup ini adalah pandangan yang sangat memanusiakan manusia banget. Karena Stoicism membedakan diri kita dengan mahkluk hidup lain, yaitu menekankan bahwa kita Homo Sapiens adalah mahkluk rasional dari makhluk lainnya.